News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ledakan di Beirut

Kisah Paramedis yang Meninggal Akibat Ledakan di Beirut, Sempat Video Call dengan Tunangannya

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sahar Fares, salah satu paramedis pertama yang menjadi korban tewas dalam ledakan pertama terjadi di Pelabuhan Beirut, Lebanon.

TRIBUNNEWS.COM - Suasana duka masih menyelimuti Lebanon pasca ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut.

Seratusan korban tewas dalam ledakan yang terjadi pada Selasa (4/8/2020).

Satu di antara korban meninggal adalah seorang paramedis bernama Sahar Fares.

Kala itu, Sahar Fares tengah berjibaku menghadapi kebakaran sebab tergabung dalam tim pemadam kebakaran sebagai paramedis.

Dengan berlinang air mata, ibunda Sahar Fares menyebut tidak akan pernah bisa memaafkan orang yang bertanggung jawab atas kematian putrinya.

Sahar Fares, salah satu paramedis pertama yang menjadi korban tewas dalam ledakan pertama terjadi di Pelabuhan Beirut, Lebanon.

Baca: Buntut Ledakan di Beirut, Kini Giliran Menteri Lingkungan Lebanon Mundur

"Apa yang bisa saya katakan? Ini kerugian yang sangat besar. Seharusnya, kami bisa bersenang-senang di rumah, dia dan saudara-saudaranya, tertawa dan bercanda. Itu kerugian yang sangat besar."

"Apa pun yang mereka lakukan di Lebanon, apa gunanya bagi saya? Putri saya telah berada di puncak hidupnya. Saya membesarkannya selama 26 tahun hanya untuk pergi dalam satu malam."

"Apa yang bisa saya lakukan? Semoga Tuhan tidak mengampuni mereka atas apa yang mereka lakukan," ujar ibunya, dikutip dari Sky News, Senin (10/8/2020).

Sahar merupakan satu di antara orang yang pertama hadir di tempat kejadian, sebelum ledakan kedua terjadi.

Sebuah foto kelompok diambil tepat ketika unitnya menanggapi kebakaran di pelabuhan Beirut.

Keluarga Sahar Fares, salah satu paramedis pertama yang menjadi korban tewas dalam ledakan pertama terjadi di Pelabuhan Beirut, Lebanon. Kakaknya Maria dan sang suami, serta ayahnya.

Baca: Sebelum Terjadi Ledakan di Beirut Lebanon, Sejumlah Otoritas Rupanya Sudah Beri Peringatan 10 Kali

Mereka pikir, panggilan itu lebih dari sekadar panggilan tugas rutin, tapi tidak terlalu berbahaya.

Terlihat dari wajah dan senyum, mereka tidak menyangka sedang bergegas menuju ledakan yang sekuat gempa bumi.

Kakaknya, Maria, mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto udara yang diambil sebelum ledakan, di mana tubuh saudara perempuannya ditemukan.

Sahar sedang melakukan panggilan video ke tunangannya untuk meyakinkan, dia baik-baik saja.

Ia juga mengungkapkan agar sang tunangan tidak perlu khawatir, ketika ledakan pertama terjadi dan dia berusaha lari ke tempat yang aman.

Sahar Fares, salah satu paramedis pertama yang menjadi korban tewas dalam ledakan pertama terjadi di Pelabuhan Beirut, Lebanon bersama sang tunangan, Gilbert Kaaran.

Baca: Buntut Insiden Ledakan Besar di Beirut Lebanon, Ribuan Demonstran Tuntut Tanggung Jawab Pemerintah

Semua petugas pemadam kebakaran dan paramedis di tempat kejadian tidak memiliki kesempatan.

"Sahar tidak akan kembali dan tinggal bersama kami, bersama kami lagi."

"Meskipun aku benar-benar berharap bisa melihatnya untuk terakhir kali sehingga aku bisa memeluknya dan mengucapkan selamat tinggal. Aku tidak bisa. Aku tidak tidak melihatnya," ujar Maria.

Keluarga besarnya telah berkumpul untuk berduka dan memberikan penghormatan kepada Sahar.

Kakak ipar Sahar, Elie Makhlouf, mengatakan pemerintah Lebanon berutang darah kepada mereka.

Api berkobar dan asap mengepul usai terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ribuan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang.(AFP/STR)

"Mereka lebih baik membunuhnya melalui korupsi dan kebencian mereka," katanya.

"Dia dikhianati. Mereka membunuhnya. Mereka membunuh mimpinya. Mereka membunuh masa depannya."

"Apakah ada ayah yang mengirim putranya untuk mati? Sampai mati? Dia bekerja untuk negara, dia bekerja untuk negara," tegasnya.

Di pelabuhan, tempat ribuan ton amonium nitrat disimpan sembarangan sebelum meledak, pencarian para korban terus dilanjutkan.

Sebagian besar tim pemadam kebakaran bersama Sahar, masih hilang.

Baca: Selain Beirut Lebanon, Amonium Nitrat Juga Pernah Menimbulkan Ledakan Besar di 4 Kota Ini

Anjing pelacak dari tim penyelamat internasional masih melacak di seluruh bangunan yang hangus.

Namun, tidak ada yang berharap menemukan orang yang masih hidup.

Tiga hari berkabung resmi Lebanon mungkin telah berakhir tetapi penderitaan tidak berhenti.

Untuk keluarga Sahar, mereka menginginkan penyelidikan internasional atas apa yang mereka sebut sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

Tetapi mereka mengatakan di negara tersebut, mungkin tidak akan pernah tahu kebenaran atau mendapatkan keadilan.

(Tribunnews.com/Maliana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini