Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT--Seorang diplomat senior Amerika Serikat (AS) mengatakan Biro Penyelidik Federal (FBI) akan bergabung dalam penyelidikan ledakan Beirut yang menewaskan setidaknya 172 orang.
Hal ini disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri untuk urusan politik David Hale, saat mengunjungi lokasi ledakan Beirut, seperti dilansir Reuters, Jumat (14/8/2020).
"FBI akan segera bergabung dengan penyidik Lebanon dan internasional atas undangan Lebanon untuk membantu menjawab pertanyaan tentang penyenan ledakan ini," kata Hale.
Hale juga mengatakan Lebanon membutuhkan "reformasi ekonomi dan fiskal, mengakhiri pemerintahan yang disfungsional dan janji-janji kosong."
Ledakan di pelabuhan Beirut melukai 6.000 orang dan memaksa sekitar 300.000 orang tanpa rumah.
Hingga kini masih terdapat 30-40 orang hilang dalam ledakan itu.
Pihak berwenang telah menyebutkan ledakan 4 Agustus lalu itu terjadi akibat tumpukan besar amonium nitrat yang disimpan selama bertahun-tahun di pelabuhan tanpa tindakan keamanan.
Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan penyelidikan akan melihat apakah penyebab ledakan karena kelalaian, kecelakaan atau kemungkinan "campur tangan eksternal".
Aoun telah meminta Perancis untuk memberikan foto satelit untuk membantu penyelidikan.
Sebuah kapal angkatan laut Inggris juga dikerahkan ke Beirut untuk melakukan penelitian di lokasi kejadian.
Menlu Jerman: Pemerintah Lebanon harus Perangi Korupsi
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan Lebanon membutuhkan pemerintah yang mampu memerangi korupsi dan melakukan reformasi.
Hal ini disampaikannya saat mengunjungi pelabuhan Beirut, seperti dilansir Reuters, Kamis (13/8/2020).