Meski begitu, Greta mengatakan kepada BBC bahwa orangtuanya jauh dari isu perubahan iklim hingga akhirnya dirinya sendiri yang memperkenalkan isu tersebut.
Greta memaksa kedua orangtuanya untuk menjadi vegetarian.
Pada 2016, ia meyakinkan ibunya untuk berhenti menggunakan pesawat terbang karena ibunya kerap bekerja di negara lain.
Greta sendiri mengidap Asperger’s Syndrome, sebuah sindrom perkembangan individu yang berpengaruh terhadap sulitnya interaksi sosial dan komunikasi non-verbal.
Namun, ia menganggap penyakit tersebut sebagai sebuah “hadiah” dan “kekuatan super”.
Greta dan Aksi Protesnya
Greta pertama kali belajar tentang perubahan iklim pada usia 8 tahun.
Pertanyaannya hanya satu waktu itu: mengapa orang-orang tidak melakukan sebuah aksi?
“Saya ingat saya berpikir bahwa ini sangat aneh. Kita bisa mengubah seluruh wajah Bumi dan atmosfer yang menjadi rumah kita. Oleh karena kita bisa melakukan ini, kenapa tidak ada yang peduli?” tuturnya kepada Guardian.
Pada Mei 2018, Greta memenangkan kompetisi esai tentang perubahan iklim di koran lokal.
Tiga bulan kemudian, ia mulai melakukan demonstrasi di depan Gedung Parlemen Swedia.
Ia mengancam untuk tidak berhenti sampai pemerintah Swedia mengeluarkan keputusan mengenai target pengurangan emisi karbon, sesuai dengan Paris Agreement tahun 2015.
Dari Lokal Menjadi Aksi Internasional
Aksi demonstrasi yang dilakukan Greta di depan Gedung Parlemen Swedia viral di media sosial.