News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Peneliti di Inggris Sebut Steroid Murah Bisa Selamatkan Pasien Covid-19 yang Sakit Parah

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang apoteker memegang sekotak tablet dexamethasone di sebuah toko kimia di London. Steroid dexamethasone pada Selasa (16/6/2020) diperlihatkan sebagai obat pertama yang secara signifikan mengurangi risiko kematian pada kasus pasien COVID-19 yang parah. Uji coba ini dipuji sebagai terobosan besar dalam perang melawan Covid-19.

TRIBUNNEWS.COM - Steroid yang murah dan mudah didapat dipasaran disebut dapat secara signifikan mengurangi risiko kematian bagi pasien yang mengalami gejala serius COVID-19.

Dilansir Arab News, penelitian dari Universitas Bristol di Inggris menemukan bahwa hidrokortison, steroid antiinflamasi, dapat mengurangi risiko kematian pada pasien yang sakit parah hingga 31 persen.

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa dua obat anti inflamasi lainnya bisa mengurangi risiko kematian pada pasien yang sakit parah hingga 20 persen.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan keefektifan hidrokortison dan obat steroid lain dalam mengobati pasien COVID-19 yang sakit parah.

Tapi putaran terbaru penelitian tentang keluarga obat ini, yang dikoordinasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia, adalah yang paling komprehensif.

Baca: Konsumsi Obat Steroid Tanpa Resep Dokter, Risikonya Rusak Hormon hingga Organ Hati

Baca: Dexamethasone, Steroid Generik Murah yang Diklaim Bisa Turunkan Angka Kematian Corona

“Steroid adalah obat yang murah dan mudah didapat, dan analisis kami telah memastikan bahwa steroid efektif dalam mengurangi kematian di antara orang-orang yang paling parah terkena COVID-19,” kata Jonathan Sterne, profesor statistik medis dan epidemiologi di Universitas Bristol.

Martin Landray, profesor kedokteran dan epidemiologi di Universitas Oxford, mengatakan hidrokortison dan steroid lain yang diuji dalam uji coba adalah "obat yang" tersedia secara luas, murah, dan dikenal dengan baik.

Ia menambahkan: "Obat ini telah ada selama beberapa dekade. Mereka adalah jenis obat yang dipelajari setiap mahasiswa kedokteran, dapat ditemukan dengan mudah di buku teks farmakologi klinis."

Dexamethasone

Efektivitas penggunaan steroid jenis dexaamethasone sebelumnya diungkapkan pada Juni lalu.

Diberitakan Tribunnews sebelumnya, tim penelitian di Inggris telah menemukan bahwa steroid yang murah dan beredar luas di pasaran, Dexamethasone (atau Deksametason), menunjukkan hasil yang memuaskan dalam meningkatkan angka keselamatan pasien Covid-19.

Dexamethasone, steroid umum yang biasanya digunakan untuk mengatasi inflamasi, disebut mampu menekan kematian hingga 1/3 dalam sebuah studi dengan 6000 pasien kondisi parah.

Lebih dari 2100 pasien menerima obat tersebut.

Pemerintah Inggris pun telah mengizinkan penggunaan Dexamethasone untuk pasien Covid-19.

Baca: Mengenal Dexamethasone, Obat yang Disebut Pakar Inggris Ampuh Lawan Corona

Baca: Pemerintah Dukung Pengembangan Obat Corona oleh Universitas Airlangga

Seorang apoteker memegang sekotak tablet deksametason di sebuah toko kimia di London pada 16 Juni 2020 (JUSTIN TALLIS / AFP)

"Ini adalah bentuk peningkatan signifikan dalam pilihan terapi yang kita miliki," kata Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular top Amerika Serikat.

Dilansir USA Today, inilah hal-hal yang perlu diketahui mengenai Dexamethasone.

Apa itu Dexamethasone?

Deksametason adalah obat antiinflamasi dan pembengkakan yang umum digunakan untuk berbagai kondisi, kata Dr. Onyema Ogbuagu, seorang dokter penyakit menular dan profesor kedokteran di Yale.

Deksametason Biasanya diresepkan dengan bentuk steroid oral atau intravena.

Dexamethasone ini unik, kata Ogbuagu, karena mengandung glukokortikoid.

Robert Glatter, seorang dokter darurat di Rumah Sakit Lenox Hill Kota New York City, mengatakan deksametason juga memiliki paruh hingga 54 jam.

Hal itu dapat membantu memastikan tingkat pengobatan terapeutik untuk mengobati peradangan yang berkelanjutan.

Seperti steroid lain, Dexamethasone adalah perawatan non-spesifik yang tidak harus menargetkan satu jalur spesifik peradangan atau pembengkakan, kata Ogbuagu.

Dexamethasone pun memiliki kekurangannya.

Bagaimana Dexamethasone Digunakan untuk Mengobati Pasien Covid-19?

Secara umum, COVID-19 muncul dalam dua fase, jelas Ogbuagu.

"Orang-orang terinfeksi virus, lalu virus itu mereplikasi, dan itulah fase pertama dari Covid-19," katanya.

"Setelah itu, sekitar 10 hari setelah infeksi, orang-orang mulai memproduksi antibodi dan reaksi peradangan terhadap virus."

Bahan kimia inflamasi ini kadang-kadang dapat menciptakan komplikasi COVID-19 yang parah, seperti sindrom gangguan pernapasan akut, yang menyulitkan oksigen untuk memasuki aliran darah dan mencapai organ.

Pasien dengan komplikasi COVID-19 yang parah mendapatkan manfaat signifikan dengan deksametason dalam studi di Inggris.

Pasien-pasien tersebut meminumnya selama 10 hari, baik secara oral atau melalui infus.

Setelah satu bulan, angka kematian berkurang 35% pada pasien yang membutuhkan perawatan dengan mesin pernapasan dan 20% pada mereka yang membutuhkan oksigen tambahan.

Namun, deksametason nampaknya tidak terlalu berdampak signifikan kepada pasien yang sakit ringan.

Beberapa penelitian, kata Ogbuagu, juga telah menyarankan bahwa steroid seperti deksametason sangat membantu dalam meningkatkan angka kematian di antara orang-orang dengan ARDS.

Apakah Ada Komplikasi?

Ogbuagu menilai bahwa waktu dan selektivitas di antara pasien sangat penting untuk memastikan deksametason digunakan dengan benar sebagai pengobatan untuk COVID-19.

Temuan awal menyebut bahwa pasien COVID-19 yang tidak memiliki gejala parah, seperti harus membutuhkan respirator, tidak boleh menggunakan deksametason.

"Kelemahan dari steroid adalah tidak selektif," kata Ogbuagu.

"Steroid bagaikan pedang bermata dua yang dapat menghalangi kemampuan tubuhmu untuk melawan virus."

Ogbuagu mencatat bahwa beberapa penelitian telah menemukan tingkat kematian yang lebih tinggi pada orang yang menggunakan steroid, karena mereka menghambat respon kekebalan tubuh terhadap virus.

Organisasi Kesehatan Dunia dan organisasi-organisasi lain menyarankan agar tidak menggunakan steroid lebih dini karena dapat menghalangi pembersihan virus.

Ogbuagu juga mengatakan bahwa steroid, secara umum, dapat menyebabkan beberapa efek samping yang parah, seperti diabetes atau memperburuk diabetes, serta psikosis atau gangguan emosional.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini