News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Saham AstraZeneca Jatuh setelah Umumkan Penghentian Sementara Uji Coba Vaksin Covid-19

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambar kantor perusahaan farmasi dan biofarmasi multinasional Inggris-Swedia AstraZeneca PLC di Macclesfield, Cheshire pada tanggal 21 Juli 2020.

TRIBUNNEWS.COM - Saham AstraZeneca berada di posisi lebih rendah dalam perdagangan pra-pasar setelah perusahaan itu mengumumkan pada Selasa (8/9/2020) bahwa uji coba tahap akhir untuk vaksin virus corona ditunda karena masalah keamanan.

Saham produsen obat itu turun sekitar 2% menjelang bel pembukaan Rabu (9/9/2020), CNBC melaporkan.

"Ini adalah tindakan rutin yang harus dilakukan setiap kali ada penyakit yang tidak dapat dijelaskan di salah satu uji coba, selagi diselidiki, kami memastikan kami menjaga integritas uji coba," ungkap AstraZeneca kepada CNBC.

"Dalam percobaan besar, penyakit akan muncul secara kebetulan tetapi harus ditinjau secara independen untuk memeriksanya dengan hati-hati."

Dikatakan bahwa pihak AstraZeneca mencoba untuk mempercepat peninjauan untuk meminimalkan potensi dampak pada uji coba.

"Kami berkomitmen terhadap keselamatan peserta kami dan standar perilaku tertinggi dalam uji coba kami," kata perusahaan itu.

Baca: POPULER Internasional: Kura-kura Tinggal Kerangka | AstraZeneca Hentikan Sementara Uji Coba Vaksin

Baca: Pembentukan Tim Percepatan Vaksin Covid-19 Diapresiasi Komisi IX

Gambar kantor perusahaan farmasi dan biofarmasi multinasional Inggris-Swedia AstraZeneca PLC di Macclesfield, Cheshire pada tanggal 21 Juli 2020. (Paul ELLIS / AFP)

Seseorang yang akrab dengan perkembangan tersebut mengatakan para peneliti menangguhkan uji coba karena adanya dugaan reaksi merugikan yang serius pada seorang relawan di Inggris, menurut STAT News.

Tidak diketahui berapa lama penangguhan uji coba itu akan berlangsung.

AstraZeneca memulai uji coba akhir bulan lalu.

Uji coba itu merupakan salah satu dari tiga perusahaan yang saat ini dalam pengujian tahap akhir untuk vaksin potensial.

Dua lainnya adalah Pfizer dan Moderna, yang keduanya memulai uji coba pada akhir Juli.

Pemerintah AS mengumumkan pada 21 Mei bahwa mereka akan membayar AstraZeneca hingga $ 1,2 miliar untuk vaksin eksperimental yang dikembangkan bersama para peneliti di Universitas Oxford.

A.S. akan menerima setidaknya 300 juta dosis vaksin sebagai bagian dari investasinya.

Vaksin AstraZeneca, yang dinamai AZD1222, menggunakan materi genetik dari virus corona dengan adenovirus yang dimodifikasi.

Vaksin itu menggunakan teknologi yang digunakan untuk membuat vaksin Ebola eksperimental, yang diberikan kepada orang-orang di Republik Demokratik Kongo pada akhir 2019.

Pada Juli, AstraZeneca menerbitkan data yang menunjukkan vaksinnya menghasilkan respons imun yang menjanjikan dalam uji coba tahap awal.

Vaksin tersebut ternyata dapat ditoleransi dengan baik dan tidak ada efek samping yang serius, menurut para peneliti pada saat itu.

Hanya kelelahan dan sakit kepala adalah efek samping yang paling sering dilaporkan, kata mereka.

Efek samping umum lainnya termasuk nyeri di tempat suntikan, nyeri otot, menggigil dan demam.

Update Kabar Vaksin Corona di Dunia: AstraZeneca Tunda Uji Coba, CanSino Tanggapi Keraguan Ahli

Berikut kabar terbaru dari deretan vaksin virus corona potensial di dunia.

Perusahaan farmasi AstraZeneca yang menjadi vaksin potensial dari Amerika Serikat mengalami masalah dalam keamanannya.

Oleh karena itu, uji coba besar-besaran dalam tahap terakhir ditunda untuk sementara.

Penundaan tersebut dilakukan setelah ditemukan penyakit yang menimpa salah seorang peserta uji coba.

Padahal, vaksin yang dikembangkan bersama Universitas Oxford ini telah dilihat sebagai salah satu kandidat vaksin terkemuka untuk melawan virus corona.

Adapun penangguhan uji coba ini 'meredupkan' prospek potensi peluncuran vaksin pada akhir tahun.

AstraZeneca mengatakan, pihaknya secara sukarela menghentikan uji coba untuk memungkinkan peninjauan data keamanan oleh komite independen.

Baca: Uji Coba Vaksin Covid-19 dari Oxford Dihentikan Sementara, Sukarelawan Dilaporkan Alami Reaksi Buruk

Pihaknya akan bekerja untuk mempercepat peninjauan peristiwa ini, untuk meminimalkan potensi dampak pada jadwal uji coba.

"Ini adalah tindakan rutin yang harus dilakukan setiap kali ada penyakit yang berpotensi tidak dapat dijelaskan di salah satu uji coba," kata perusahaan itu dalam pernyataannya Selasa (8/9/2020), dikutip dari CNA.

Kendati demikian, sifat penyakit dan kapan terjadinya tidak secara jelas disebutkan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mendefinisikan hal ini sebagai peristiwa buruk.

Bukti menunjukkan kemungkinan ada hubungannya dengan obat yang sedang diuji.

Menurut laporan New York Times yang mengutip seseorang yang mengetahui situasi tersebut, seorang peserta yang berbasis di Inggris ditemukan menderita myelitis transversal.

Itu merupakan sindrom peradangan yang mempengaruhi sumsum tulang belakang dan sering dipicu oleh infeksi virus.

Foto yang diambil pada 6 Agustus 2020 dan disediakan oleh Dana Investasi Langsung Rusia ini memperlihatkan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya. (HANDOUT / RUSSIAN DIRECT INVESTMENT FUND / AFP)

Baca: Uji Coba Vaksin Covid-19 Sinovac Diklaim Aman untuk Lansia

Namun, apakah penyakit itu terkait langsung dengan vaksin AstraZeneca masih belum jelas.

AstraZeneca pun menolak mengomentari laporan tersebut.

Adapun penangguhan uji coba telah berdampak pada uji coba vaksin AstraZeneca lainnya.

Bahkan berdampak pula pada uji klinis yang dilakukan oleh pembuat vaksin lain, yang mencari tanda-tanda reaksi serupa.

Institut Kesehatan Nasional AS, yang menyediakan dana untuk uji coba AstraZeneca, menolak berkomentar.

"Dalam uji coba besar, penyakit akan terjadi secara kebetulan tetapi harus ditinjau secara independen untuk memeriksanya dengan cermat," tulis pernyataan AstraZeneca.

Seorang petugas kesehatan memvaksinasi seorang pria di dalam stasiun vaksinasi seluler di Moskow pada 7 September 2020 (Natalia KOLESNIKOVA / AFP)

Baca: WHO Khawatir Nasionalisme Vaksin Menghambat Penghentian Penyebaran Covid-19

Lantaran kejadian ini, saham AstraZeneca turun lebih dari 8 persen setelahnya.

Sementara saham pengembang vaksin saingannya menjadi naik.

Moderna naik lebih dari 4 persen dan Pfizer naik kurang dari 1 persen.

Sembilan pengembang vaksin terkemuka AS dan Eropa akhirnya berkomitmen untuk menegakkan standar keamanan, serta kemanjuran ilmiah untuk vaksin eksperimental mereka pada Selasa kemarin.

Perusahaan-perusahaan tersebut, termasuk AstraZeneca, Pfizer dan GlaxoSmithKline.

Mereka mengatakan, akan menjunjung integritas proses ilmiah saat bekerja menuju potensi pengajuan peraturan global dan persetujuan vaksin COVID-19 pertama.

Seorang staf menampilkan sampel vaksin Covid-19 yang tidak aktif di pabrik produksi vaksin China National Pharmaceutical Group Co., Ltd. (Sinopharm) di Beijing, ibukota China, 10 April 2020. (Zhang Yuwei / XINHUA / Xinhua via AFP)

Baca: Seperempat Orang Brasil Enggan untuk Vaksin Covid-19, Alasan Teori Konspirasi Masih Dipercayai Warga

Selain dari Amerika Serikat, vaksin potensial dari China juga tengah menanggapi soal keraguan ahli mengenai keamanan vaksinnya.

CanSino Biologics Inc China membela kandidat vaksin COVID-19, setelah para ahli meragukannya.

Hal itu terkait pendapat ahli tentang kandidat vaksin virus corona tidak boleh diikuti "secara membabi buta" tanpa data uji klinis yang memadai.

Adapun para ilmuwan di luar perusahaan telah menyatakan keprihatinan, efektivitas kandidat CanSino Ad5-nCoV, yang didasarkan pada virus flu biasa yang telah terpapar banyak orang, dapat dibatasi.

Mereka mengatakan, antibodi yang ada melawan virus flu biasa dapat merusak Ad5-nCoV.

"Pengembangan vaksin adalah ilmu berbasis praktik, dan kita seharusnya tidak mengikuti para ahli secara membabi buta," kata Zhu Tao, kepala ilmuwan, selama konferensi pers, pada Rabu (9/9/2020), dikutip dari CNA.

Adapun, Ad5-nCoV yang masih dalam uji coba tahap akhir, telah disetujui untuk digunakan dalam militer China.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Inza Maliana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini