News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kim Kardashian, Leonardo DiCaprio, Katy Perry dan Selebritas Lainnya Boikot Facebook, Ada Apa?

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kim Kardashian.

TRIBUNNEWS.COM, AS - Kim Kardashian West dan puluhan selebriti lainnya mengumumkan bahwa mereka akan membekukan akun media sosial untuk memprotes penyebaran "kebencian, propaganda, dan misinformasi".

"Informasi salah yang dibagikan di media sosial berdampak serius," tulis Kardashian West dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.

Langkah tersebut merupakan bagian dari kampanye #StopHateforProfit yang diprakarsai sekelompok aktivis hak-hak sipil.

Orlando Bloom dan Katy Perry (Instagram/katyperry)

Baca: Video Wanita Sedang Menghisap Sabu Viral di Media Sosial Facebook, Diduga Warga Prabumulih

Para selebriti akan membekukan akun mereka selama 24 jam pada hari Rabu.

"Saya tidak bisa duduk dan diam saja sementara platform ini terus memungkinkan penyebaran kebencian, propaganda, dan misinformasi — yang dibuat oleh kelompok-kelompok untuk menuai perpecahan dan memecah-belah Amerika," kata Kardashian West.

"Misinformasi yang dibagikan di media sosial berdampak serius pada pemilu dan merusak demokrasi kami," imbuhnya.

Selebritas lainnya yang telah setuju untuk ambil bagian dalam boikot termasuk aktor Leonardo DiCaprio, Sacha Baron Cohen, dan Jennifer Lawrence, serta penyanyi Katy Perry.

"Saya tidak bisa diam saja sementara platform ini menutup mata terhadap grup-grup dan pos-pos yang menyebarkan disinformasi penuh kebencian," tulis Perry di Instagram.

Aktor Ashton Kutcher, yang memiliki jutaan pengikut dan juga bergabung dengan boikot, mengatakan "perangkat ini tidak dibuat untuk menyebarkan kebencian [dan] kekerasan".

Penyelenggara kampanye #StopHateforProfit, yang diluncurkan pada bulan Juni, menuduh Facebook dan Instagram tidak berbuat cukup banyak untuk menghentikan ujaran kebencian dan disinformasi.

Kelompok tersebut berfokus pada Facebook, yang juga memiliki Instagram dan WhatsApp, dan tahun lalu menarik pendapatan iklan sebesar hampir $70 miliar (Rp1,04 triliun).

Ribuan bisnis dan kelompok pegiat hak-hak sipil terkemuka - termasuk Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Berwarna (NAACP) dan Liga Anti-Pencemaran Nama Baik (AD) - telah mendukung kampanye tersebut.

"Kami dengan cepat mendekati salah satu pemilihan paling penting dalam sejarah Amerika," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan. "'Perubahan' Facebook yang samar-samar dan tidak terawasi masih jauh dari apa yang diperlukan untuk melindungi demokrasi kita."

Pada bulan Juni, Facebook mengatakan akan melabeli kiriman yang berpotensi berbahaya atau menyesatkan yang tidak ditarik karena memiliki nilai berita.

Pendiri Facebook Mark Zuckerberg juga berkata perusahaan media sosial itu akan melarang iklan yang berisi klaim "bahwa orang dari ras, etnis, asal kebangsaan, afiliasi agama, kasta, orientasi seksual, identitas gender, atau status imigrasi tertentu" adalah ancaman bagi orang lain.

"Pemilu 2020 sudah dipastikan akan memanas," tulisnya dalam sebuah pernyataan. "Selama momen ini, Facebook akan mengambil tindakan pencegahan ekstra untuk membantu semua orang tetap aman [dan] tetap terinformasi."

Namun kampanye #StopHateforProfit menuntut agar Facebook berbuat lebih banyak, dan lebih dari 90 perusahaan kemudian menangguhkan iklan untuk mendukung upayanya.

Sebagai akibat dari boikot tersebut, saham di Facebook jatuh secara dramatis dan media AS melaporkan bahwa kekayaan bersih pribadi Zuckerberg berkurang $7,2 miliar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini