TRIBUNNEWS.COM - 29 anggota PBB mengutuk Arab Saudi atas pelanggaran serius dan menuntut pertanggungjawaban terhadap pembunuhan seorang jurnalis, Jamal Khashoggi, pada Selasa (15/9/2020).
Diketahui, teguran keras ini realtif jarang diterima kerajaan yang kaya dengan minyak itu.
Duta Besar Denmark, Carsten Staur, membacakan pernyataan atas nama 29 negara di hadapan Dewan Hak Asasi PBB yang menuntut keadilan bagi Khashoggi.
Khashoggi merupakan jurnalis Washington Post yang terbunuh di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2019 lalu.
Mengutip Al Jazeera, sejak pembunuhan Khashoggi, sebagian besar negara Eropa menyerukan transparasi dan meminta pertanggungjawaban semua yang terlibat.
"Kami menekankan perlunya pertanggungjawaban penuh dan menuntut transparansi bagi mereka yang terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi," kata Duta Besar Jerman, Michael Freiherr von Ungern-Sternberg.
Baca: Penyidik HAM PBB Sebut Pangeran Mohammed bin Salman Tersangka Utama Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi
Baca: Pejabat PBB Sebut Putra Mahkota Arab Saudi Terlibat Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi
Kronologi Singkat Pembunuhan Khashoggi
Pada 2 Oktober 2018, Jamal Khashoggi memasuki konsulat Arab di Turki untuk mengurus dokumen pernikahan dnegan tunangannya Hatice Cengiz.
Saat Khashoggi masuk ke konsulat, Cengiz menunggu di luar ruangan.
Cengiz memegang dua ponsel milik Khashoggi.
Namun, dalam dua jam, Khashoggi tidak segera muncul kembali setelah masuk ke ruangan.
Kemudian Cengiz menelepon polisi Turki untuk menyampaikan kekhawatiran tentang keamanan tunangannya.
Rekaman CCTV yang diambil pada pukul 17.35 waktu setempat menunjukkan dia mondar-mandir di luar konsulat dan berbicara di teleponnya.
Baca: Dunia Kecam Putusan Pengadilan Saudi Ihwal Pembunuhan Khashoggi
Baca: Arab Saudi Jatuhkan Hukuman Mati Atas 5 Tersangka di Kasus Pembunuhan Jurnalis Khashoggi
Pada 4 Oktober 2019, Arab Saudi mengatakan, Khashoggi menghilang setelah dia meninggalkan konsulat.