Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Kementerian Kesehatan Iran mengatakan jumlah kasus kematian akibat virus corona meningkat 166, menjadi 24.118 orang, per Sabtu (19/9/2020) waktu setempat.
"Jumlah total kasus yang dikonfirmasi Iran dalam 24 jam terakhir melonjak 2.845 menjadi 419.043," kata juru bicara kementerian kesehatan Sima Sadat Lari disiarkan di stasiun TV pemerintah, seperti dilansir Reuters dan Channel News Asia, Minggu (20/9/2020).
Baca: Presiden Iran Hassan Rouhani: UEA-Bahrain akan Menanggung Konsekuensi dari Kesepakatan dengan Israel
Presiden Hassan Rouhani mengatakan pada Sabtu (19/9/2020), penurunan 20 persen tingkat kepatuhan publik terhadap protokol kesehatan telah berkontribusi terhadap lonjakan kasus infeksi.
"Hari ini, kementerian kesehatan memberikan laporan yang mengkhawatirkan. Ketaatan publik, yang 82 persen pada minggu-minggu sebelumnya, telah turun menjadi 62 persen," kata Rouhani dalam pernyataan yang disiarkan langsung di televisi.
Dia mengatakan laporan kementerian menunjukkan kambuhnya infeksi di antara mantan pasien.
Kepala penyakit menular di Rumah Sakit Masih Daneshvari Teheran, Payam Tabarsi mengatakan jumlah pasien ruang gawat darurat yang dirawat di fasilitasnya telah melonjak selama seminggu. Terakhir dari 68 sehari menjadi 200 orang.
"Jika tren berlanjut, kematian akibat virus corona bisa mencapai 600 sehari dalam beberapa minggu," katanya.
Tabarsi juga menyerukan kepada pihak berwenang untuk kembali mengevaluasi sekolah ke kelas online. Pasalnya, dalam beberapa hari terakhir beberapa siswa dan guru telah terinfeksi.
Sekolah dibuka kembali pada 5 September untuk 15 juta siswa setelah penutupan tujuh bulan meskipun ada kekhawatiran atas peningkatan penyebaran virus corona di negara itu.
Bulan lalu, lebih dari satu juta siswa melaksanakan ujian masuk universitas nasional selama empat hari meskipun ada seruan untuk menundanya. Rouhani mengatakan tidak ada siswa yang dites positif virus setelah pemeriksaan. (Reuters/Channel News Asia)