Chiwarak adalah salah satu dari tiga pemimpin protes yang saat ini mendapat jaminan polisi setelah sempat ditangkap dan didakwa dengan pelanggaran termasuk penghasutan.
"Biarkan mereka melakukan yang terburuk," katanya, ketika ditanya apakah dia khawatir tentang tindakan hukum lebih lanjut.
"Saya bersedia mengorbankan apa pun untuk demokrasi."
Hukum lese majeste Thailand yang ketat berarti siapa pun yang mencemarkan nama baik, menghina atau mengancam raja, ratu, pewaris atau bupati akan dihukum dengan penjara tiga hingga 15 tahun.
Sebelumnya pada hari itu, sekelompok aktivis pro-monarki berkumpul untuk memantau gerakan pro-demokrasi.
Sumat Trakulwunnoo dari Pusat Koordinasi Siswa Vokasi Perlindungan Lembaga Nasional sepakat bahwa pemerintah melakukan kesalahan.
"(Protes) adalah normal untuk demokrasi, tetapi mereka tidak boleh menyinggung monarki," katanya.
Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-ocha, adalah pensiunan jenderal yang memimpin kudeta 2014 lalu dan memenangkan pemilihan yang disengketakan tahun lalu.
Ia mengatakan pandangan para pengunjuk rasa akan didengarkan tetapi demonstran juga diperingatkan agar tidak membawa-bawa istana ke dalam debat.
Wakil juru bicara pemerintah mengatakan, perdana menteri telah memberi tahu polisi untuk bersabar dan tidak menggunakan kekerasan apa pun terhadap para demonstran.
Demonstran Didominasi Anak Muda
Pemuda Thailand berada di antara ribuan orang di jalan-jalan Bangkok minggu lalu dalam salah satu aksi protes anti-pemerintah terbesar yang pernah terjadi di ibu kota selama bertahun-tahun, meskipun ada larangan diadakannya pertemuan besar karena virus corona.
Namun mereka mengatakan akan terus memprotes jika tiga tuntutan utama mereka tidak dipenuhi.
Tiga tuntutan mereka yaitu agar parlemen dibubarkan, agar konstitusi ditulis ulang, dan agar pihak berwenang berhenti melecehkan para kritikus.