TRIBUNNEWS.COM, KUWAIT- Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah meninggal pada Selasa (29/9/2028) waktu setempat di usia 91 tahun.
Emir telah dirawat di rumah sakit sejak Juli setelah operasi bulan itu di Kuwait.
Setelah itu Emir terbang ke Amerika Serikat hingga menghembuskan nafas terakhirnya.
"Dengan hati yang penuh dengan duka dan kesedihan bagi rakyat Kuwait, dunia Islam dan Arab dan bangsa-bangsa di dunia, dan dengan iman kepada kehendak Allah, kabinet berduka nestapa ... Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah meninggal di Amerika Serikat pada hari Selasa," ujar Syekh Ali Jarrah al-Sabah, menteri yang bertanggung jawab atas urusan kerajaan, dalam pernyataan yang diumumkan di televisi lokal, seperti dilansir Reuters, dan AFP, Rabu (30/9/2020).
Ia menjelaskan negaranya berkabung atas meninggalnya seorang pemimpin yang dianggap oleh banyak orang Arab Teluk sebagai operator diplomatik yang cerdas dan juara kemanusiaan.
Kabinet mengumumkan dan menunjuk saudara kandungnya yang selama ini menjadi putra mahkota Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Sabah sebagai penguasa baru.
Baca: 72 WNI di Arab Saudi Meninggal Dunia Akibat Covid-19, Kasus Positif di Qatar dan Kuwait Meningkat
Juru bicara parlemen menuliskan di Twitter, Sheikh Nawaf, 83, akan dilantik pada Rabu (30/9/2020) waktu setempat.
Sheikh Sabah telah memerintah di negara kaya minyak dan sekutu AS sejak 2006, dan mengarahkan kebijakan luar negerinya selama lebih dari 50 tahun.
Bendera berkibar setengah tiang di Kuwait, yang mengumumkan 40 hari berkabung.
"Selamat tinggal, Emir Kemanusiaan," tulisan dalam spanduk besar di jalan dekat Bursa Efek Kuwait.
Kuwait Towers, landmark tepi laut yang biasanya menyala terang di malam hari, kini menjadi gelap.
Ucapan belasungkawa mengalir dari para pemimpin Arab dan beberapa negara di kawasan itu mengumumkan masa berkabung.
Sheikh Sabah berusaha untuk menyeimbangkan hubungan dengan negara tetangga Kuwait yang lebih besar - menempa hubungan dekat dengan Arab Saudi, membangun kembali hubungan dengan bekas penjajah Irak dan menjaga dialog terbuka dengan Iran.
Dia mencoba menengahi dalam sengketa Teluk yang melihat Riyadh dan sekutunya memberlakukan boikot terhadap Qatar, dan melakukan penggalangan dana untuk bantuan kemanusiaan di Suriah.
Baca: Ada Kasus Baru dari Qatar dan Kuwait, Total 1.355 WNI di Luar Negeri Positif Covid-19