News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kuwait berduka: Emir Sheikh Sabah Meninggal pada Usia 91 Tahun

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Raja Yordania Abdullah II, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud, Emir yang berkuasa di Kuwait, Sheikh Sabah Al-Ahmad Al Sabah, dan Penguasa Dubai Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, serta Wakil Presiden juga Perdana Menteri UEA di Mekkah

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, dalam sebuah tweet berbahasa Arab, memuji Sheikh Sabah karena memupuk "moderasi dan keseimbangan" di Kuwait dan wilayah tersebut.

"Hari ini kita kehilangan seorang kakak laki-laki dan pemimpin yang bijaksana dan penuh kasih ... yang tidak terhindar dari upaya untuk persatuan Arab," kata Raja Yordania Abdullah, juga di Twitter.

Sabah menjaga hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat, yang memimpin koalisi yang mengakhiri pendudukan Irak pada 1990-1991 di Kuwait dan menggunakan negara Teluk sebagai landasan peluncuran untuk invasi Irak 2003.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memuji Emir sebagai "simbol kebijaksanaan dan kemurahan hati yang luar biasa, utusan perdamaian, pembangun jembatan".

Baca: Marzuki Badriawan: Gol Widodo ke Gawang Kuwait tahun 1996 Layak Menjadi Gol Terindah Piala Asia

SUKSESI HALUS

Dinar Kuwait jatuh terhadap dolar di pasar pada Selasa (29/9/2020) dan saham Kuwait jatuh, menjelang pengumuman resmi kematian Emir.

Di bawah konstitusi Kuwait, putra mahkota secara otomatis menjadi emir tetapi memegang kekuasaan hanya setelah mengambil sumpah di parlemen, yang pemilihannya jatuh tempo tahun ini.

Suksesi ini tidak diharapkan untuk mempengaruhi kebijakan minyak atau strategi investasi asing melalui Kuwait Investment Authority, salah satu dana kekayaan berdaulat terbesar di dunia.

"Emir baru akan naik takhta menghadapi beberapa tantangan berat, termasuk krisis coronavirus, harga minyak yang rendah, dan politik luar negeri yang rumit," kata Capital Economics yang berbasis di London dalam sebuah catatan penelitian.(Reuters)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini