Proposal itu menyatakan negara-negara Arab menawarkan menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai imbalan atas pengakuan Palestina.
Proposal itu juga mensyaratkan penarikan penuh Israel dari wilayah yang direbut pada 1967. Artinya, itu termasuk wilayah Dataran tinggi Golan milik Suriah, yang dikuasai hingga hari ini.
Merespon perdamaian UEA dan Bahrain dengan Israel, Otoritas Palestina (PA) beberapa waktu lalu langsung mengutuk kesepakatan normalisasi itu sebagai pengkhianatan lain oleh negara Arab.
Perjanjian itu menurut Menteri Urusan Sosial Otoritas Palestina Ahmad Majdalani, merupakan "tusukan di belakang perjuangan Palestina dan rakyat Palestina".
Kelompok Hamas, yang mengontrol Jalur Gaza, menyebut kesepakatan damai itu "agresi" yang menimbulkan "prasangka serius" terhadap perjuangan Palestina.
Di Teheran, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, Uni Emirat Arabdan Bahrain akan menanggung segala konsekuensi atas normalisasi hubungan diplomatik mereka dengan Israel.
Rouhani mengatakan Israel setiap hari, melakukan lebih banyak kejahatan di Palestina.
"Beberapa negara di kawasan itu, rakyatnya muslim yang taat, tetapi pemimpin mereka tidak memagami agama atau utang (mereka) kepada bangsa Palestina," kata Rouhani.(Tribunnews.com/Sputniknews/Reuters/xna)