The Atlantic mengklaim, sementara George WBush dan Barack Obama berusaha memusnahkan atau secara substansial menurunkan Taliban, Trump melangkah lebih jauh lewat keputusan politiknya itu.
"Joe Biden bukan hanya seorang Demokrat, berteman dengan elang perang di Washington, tetapi perwakilan kuat dari negara dalam negara AS, yang telah lama menjadi bagian dari struktur kekuasaan AS sejak 1973," lanjut Ahmed Dar.
Krisis Afghanistan dan hadiah perang dalam bentuk lithium, kobalt, opium, dan lain-lain merupakan sumber pendapatan yang besar bagi industri militer AS.
Saat wawancara kepada Stars and Stripes, surat kabar militer AS, pada awal September, Joe Biden mengatakan dia akan mempertahankan kontingen militer AS yang terbatas di Afghanistan dan Irak untuk membantu memerangi kelompok teroris.
"Perang selamanya ini harus diakhiri ... tapi inilah masalahnya, kita masih harus khawatir tentang terorisme," kata Biden.
Kebijakan luar negeri AS selama bertahun-tahun menggunakan Afghanistan sebagai pijakan untuk mempertahankan kendali atas Asia Tengah.
Menurut Sabtain Ahmed Dar, Operasi Enduring Freedom (2001-2014) oleh AS telah menciptakan anarki baik di dalam Angkatan Bersenjata Pakistan maupun penduduk sipil.
"Inilah mengapa pasifis di AS, Afghanistan, Taliban dan Pakistan diam-diam akan mendukung Donald Trump untuk masa jabatan keduanya,"ujar analis politik Pakistan ini.
"Jika tidak, sejarah yang sama dari kekacauan tak berujung akan terulang di Afghanistan jika Joe Biden entah bagaimana dipilih oleh (rakyat) Amerika dalam pemungutan suara November," tandasnya.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)