Kementerian luar negeri Armenia mengatakan tiga warga sipil terluka dalam kebakaran akibat serangan Azerbaijan.
Armenia juga menuduh Azerbaijan menerbangkan drone di atas permukiman Armenia, menyerang instalasi militer, dan merusak infrastruktur sipil.
Sementara itu UNICEF pada Sabtu menyerukan untuk gencatan senjata.
Dalam sebuah pernyataan, UNICEF menyatakan, anak-anak telah terbunuh, terluka dan terlantar akibat pertempuran, memaksa mereka untuk menanggung berminggu-minggu "trauma psikologis ekstrim dan tekanan."
“Anak-anak, keluarga dan fasilitas sipil yang mereka andalkan harus dilindungi, sejalan dengan hak asasi manusia dan hukum humaniter internasional. Penghentian penuh permusuhan adalah demi kepentingan terbaik semua anak," kata pernyataan itu.
Baca juga: Dua Tokoh Populer Armenia Tewas di Tengah Perang Nagorno-Karabakh
Baca juga: PM Armenia Tuding Turki Manfaatkan Perang Negaranya dengan Azerbaijan
Pertempuran yang sedang berlangsung antara Azerbaijan dan Armenia meletus 27 September dan telah menewaskan ratusan orang.
Perang antara keduanya menandai eskalasi terbesar dari konflik puluhan tahun di wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri sejak gencatan senjata tahun 1994.
Wilayah yang didominasi etnis Armenia mendeklarasikan kemerdekaannya dari Azerbaijan pada tahun 1991 selama runtuhnya Uni Soviet.
Hal itu memicu perang yang merenggut nyawa sebanyak 30.000 orang sebelum gencatan senjata tahun 1994.
Namun, kemerdekaan itu tidak diakui secara internasional.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)