TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC - Beberapa jaringan stasiun televisi Amerika Serikat (AS) pada Kamis (5/11/2020) malam waktu setempat menghentikan siaran langsung penampilan publik pertama Donald Trump sejak malam pemilihan, setelah menyimpulkan bahwa presiden menyebarkan disinformasi.
Trump mengeluarkan banyak klaim yang menghasut dan tidak berdasar dalam pidatonya selama 17 menit, dan bersikeras bahwa Demokrat menggunakan suara ilegal untuk mencuri pemilihan dari pihaknya.
Presiden berbicara ketika penghitungan suara yang terlambat di negara bagian medan pertempuran menunjukkan capres dari Demokrat, Joe Biden, terus mendekati angka kemenangan, seperti dilansir AFP pada Jumat (6/11/2020).
"Oke, di sini kita sekali lagi berada dalam posisi yang tidak biasa, tidak hanya menginterupsi presiden Amerika Serikat, tetapi juga mengoreksi presiden Amerika Serikat," kata pembawa berita MSNBC, Brian Williams, saat jaringan itu segera mengakhiri liputan langsungnya.
Baca juga: Sosok Eric Trump, Putra Donald Trump yang Ditangkap Aparat Karena Posting Hoax Surat Suara Dibakar
Baca juga: 8 Fakta Pilpres AS Mirip Pilpres Indonesia, Pendukung yang Kalah Ngamuk hingga Tudingan Curang
NBC dan ABC News juga menghentikan liputan langsung mereka tentang Trump.
"Sungguh malam yang menyedihkan bagi Amerika Serikat untuk mendengar presiden mereka mengatakan itu, dengan menuduh orang-orang mencoba mencuri pemilu," kata Jake Tapper dari CNN.
Dia menggambarkannya sebagai kebohongan demi kebohongan tentang pemilihan yang dicuri, tanpa bukti, dan hanya tuduhan-tuduhan.
Sebagai bentuk perlawanannya, tim kampanye capres petahana AS Donald Trump telah mengajukan gugatan hukum di tiga negara bagian yang menjadi medan pertempuran sengit kedua kandidat, yaitu Pennsylvania, Michigan, dan Georgia.
Gugatan diajukan untuk memulai pertarungan hukum guna memutuskan pemenang pemilihan presiden AS 2020.
Kubu Trump telah menuntut penghitungan suara di Michigan untuk ditangguhkan.
Pihaknya mengeklaim tidak diberikan akses yang memadai ke lokasi tempat surat suara diproses.
Tuduhan Trump
Donald Trump, Kamis (5/11), melalui cuitan yang tidak terbukti menuduh adanya penipuan dalam penghitungan suara.
Sementara sejumlah pendukung kampanyenya menyebar ke negara-negara bagian utama untuk mengajukan perkara hukum yang menantang integritas proses tersebut.
Presiden membayangi mantan wakil presiden Joe Biden dalam pemungutan suara populer di seluruh Amerika serta perolehan perwakilan suara dalam Electoral College, yang kemudian menentukan pemenang pemilu.
Dalam rangkaian cuitan ketika peluang kemenangan semakin tipis, Presiden AS yang berada di Gedung Putih pada siang hari, tanpa dasar menyatakan bahwa setiap suara yang masuk setelah hari pemilu 3 November “TIDAK AKAN DIHITUNG.”
Twitter kemudian menandai pernyataan itu dengan catatan: "Beberapa atau semua konten yang dibagikan dalam cuitan ini disengketakan dan mungkin menyesatkan terkait pemilu atau proses sipil lainnya."
Di akun @realDonaldTrump miliknya, presiden AS itu juga menyatakan bahwa semua "negara bagian yang diklaim Biden baru-baru ini akan ditantang di pengadilan" atas dugaan penipuan surat suara dan penipuan pemilu di negara bagian.
Dalam cuitan itu Trump menegaskan adanya "banyak bukti" mengenai hal itu "ditemukan di media."
Sebelumnya Trump menuntut di Twitter diakhirinya penghitungan suara, yang dikendalikan oleh masing-masing negara bagian, bukan pemerintah federal. Beberapa negara bagian memiliki undang-undang yang mengizinkan penghitungan surat suara yang datang terlambat jika diberi cap pos pada Hari Pemilu.
Sumber: Kompas.com/VOA