TRIBUNNEWS.COM - Pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan kepada Kongres tentang rencana untuk menjual 18 drone MQ-9B bersenjata canggih ke Uni Emirat Arab (UEA).
Narasumber tersebut mengatakan kepada Reuters, kesepakatan tersebut senilai Rp 41,3 triliun.
Dikutip Tribunnews dari Al Jazeera, langkah ini dilakukan setelah pembicaraan penjualan jet tempur F-35 ke negara teluk yang merupakan sekutu Washington di Timur Tengah.
Penjualan drone canggih ini akan menandai ekspor drone bersenjata sejak pemerintahan Trump menafsirkan perjanjian senjata era Perang Dingin antara 34 negara, untuk memungkinkan kontraktor pertahanan AS menjual lebih banyak drone kepada sekutu.
Baca juga: Spesifikasi Drone Canggih MQ-9 Milik Amerika Serikat yang Tewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani
Baca juga: Penjelasan Dubes Lutfi Soal Kunjungan Menhan Prabowo ke AS, Jadi Beli Jet Tempur F-35?
Reuters melaporkan, UEA telah lama menunjukkan minat untuk membeli drone dari AS dan akan menjadi salah satu pelanggan pertama yang mengantre setelah kebijakan ekspor AS berubah musim panas ini.
Narasumber menerangkan, Departemen Luar Negeri AS mungkin menunggu untuk secara resmi memberi tahu Kongres tentang penjualan tersebut setelah staf dan anggota diberi pengarahan tentang potensi penjualan.
Pemberitahuan resmi memberi Kongres 30 hari untuk menolak penjualan apa pun.
Terkait hal ini, Juru bicara Departemen Luar Negeri AS buka suara kepada Reuters.
"Sebagai masalah kebijakan, Amerika Serikat tidak mengonfirmasi atau mengomentari penjualan atau transfer pertahanan yang diusulkan sampai mereka secara resmi diberitahukan kepada Kongres," katanya.
Baca juga: Berdamai dengan Israel, UEA Diberi Jet Tempur F-35 oleh Amerika Serikat
Dilengkapi Radar Maritim
Drone MQ-9B bersenjata juga akan dilengkapi dengan radar maritim dan dapat dikirim pada 2024.
Paket yang diberitahukan kepada Kongres adalah untuk 15 drone dengan opsi tiga drone tambahan.
Selain drone canggih, UEA juga mencari paket Boeing Co EA-18G Growlers, versi peperangan elektronik dari pesawat dua kursi F / A-18F Super Hornet.
Pesawat tersebut mampu mengganggu radar dan kemampuan canggih lainnya.