TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat (AS) memberi kesempatan baru bagi Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memperbaiki hubungannya dengan Amerika Serikat, sebagai pemegang saham terbesarnya.
Hal ini juga menjadi lampu hijau sebagai bagian yang lebih besar dari rencana pemulihan ekonomi global.
“Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengirim surat "khusus" kepada Presiden terpilih Biden dan pasangannya Kamala Harris minggu ini,” kata seorang juru bicara IMF kepada Reuters, tanpa memberikan rincian tentang apa isinya, Kamis (12/11/2020).
Sumber yang paham dengan maksud Georgieva mengatakan komitmen Biden terhadap lembaga multilateral dan janjinya untuk masuk kembali ke perjanjian iklim Paris harus membantu IMF mencapai targetnya sendiri.
Tim transisi Biden tidak menanggapi pertanyaan tentang komunikasi dengan Georgieva dan IMF.
Salah satu sumber IMF mengatakan, beberapa negara anggota berharap Biden akan mempertimbangkan kembali penentangan saat pemerintahan Trump terhadap sumber daya IMF yang baru, termasuk kebijakan Special Drawing Rights yang dapat meningkatkan cadangan mata uang anggota sebesar ratusan miliar dolar.
Baca juga: Suga dan Biden Sepakat Perkuat Aliansi Jepang-AS Hingga Bahas Masalah di Laut China
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin telah menentang langkah-langkah IMF tersebut, pada 2009 ketika Biden menjabat sebagai wakil presiden.
Mnuchin juga menentang peningkatan baru dalam sumber daya kuota IMF yang dapat meningkatkan kepemilikan saham China dan negara-negara berkembang besar lainnya, sebuah langkah yang juga dieksekusi ketika Biden terakhir menjabat.
Dalam hampir setiap pidato, Georgieva juga menekankan perlunya menargetkan pengeluaran stimulus fiskal untuk membangun ekonomi global yang "lebih hijau, lebih cerdas dan lebih adil" sambil memotong emisi dan membangun masyarakat yang lebih inklusif - tujuan yang dibagikan secara luas oleh tim Biden, yang slogan transisinya adalah "Build Back Better."
Tetapi pemerintahan Trump telah memblokir masuknya perubahan iklim dalam komunike yang dikeluarkan oleh Kelompok ekonomi utama G-20.
IMF bulan lalu memperkirakan ekonomi global akan berkontraksi sebesar 4,4% pada 2020, kembali ke pertumbuhan 5,2% pada 2021, dengan pasar negara berkembang selain China mencapai jauh lebih sulit.(Reuters)