News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres Amerika Serikat

6 Hal yang Bisa Dilakukan Donald Trump di 2 Bulan Terakhir Jabatannya, Termasuk Menghasilkan Uang

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Gigih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden AS Donald Trump: 6 Hal yang Bisa Dilakukan Donald Trump di 2 Bulan Terakhir Jabatannya, Termasuk Menghasilkan Uang

TRIBUNNEWS.COM - Donald Trump masih menjadi presiden Amerika Serikat selama 2 bulan ke depan.

Bahkan jika Trump akhirnya menerima kekalahan pemilu dan mengakui kemenangan Joe Biden, ia masih bisa menjabat sebagai presiden selama dua bulan sebelum menyerahkan kunci Kantor Oval.

Di Amerika, kendali kekuasaan baru diserahkan pada Hari Pelantikan, yaitu 20 Januari, sebagaimana diatur dalam Amandemen Kedua Puluh Konstitusi AS.

Sementara ada pemeriksaan dan keseimbangan tertentu saat periode 'lame duck' atau 'bebek lumpuh', Presiden yang akan lengser masih dapat melakukan segala macam urusan Presiden pada waktu itu.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan Donald Trump sampai Joe Biden mengambil alih, seperti yang dilansir Mirror.

Baca juga: 5 Kemungkinan yang akan Dilakukan Donald Trump setelah Kalah dari Pilpres AS, Termasuk Nyalon 2024?

Baca juga: Pemimpin Hizbullah Lebanon Sindir Donald Trump Alami Kekalahan Memalukan dalam Pilpres AS 2020

1. Mengeluarkan perintah eksekutif

Ibu Negara Melania Trump (kiri) dan Presiden Israel Reuven Rivlin (kanan) berdiri di samping Presiden AS Donald Trump saat dia menandatangani buku tamu di Kediaman Presiden di Yerusalem pada 22 Mei 2017. (Gali Tibbon / AFP)

Meski perubahan besar pada undang-undang membutuhkan pemungutan suara di Kongres - yang kemungkinan besar tidak akan terjadi - ada beberapa hal yang dapat Trump lakukan dengan goresan penanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, 'bebek pincang' telah digunakan oleh Presiden untuk membuat perintah untuk membatasi tindakan presiden selanjutnya.

Misalnya, salah satu tindakan terakhir Obama saat menjabat adalah menetapkan lima monumen nasional baru - melindungi 550 juta hektar tanah dan air, karena khawatir Trump akan memangkas peraturan lingkungan.

Sementara itu, dikabarkan rencana terakhir Trump yaitu membuat aturan yang lebih ketat tentang visa imigran.

Perintah lain yang diperdebatkan yaitu penyalurkan dana Covid-19 kepada orang tua di daerah di mana distrik sekolah ditutup, yang dapat digunakan untuk pendidikan swasta.

Biden dapat membatalkan perintah eksekutif Trump ketika dia menjabat, tetapi perlu waktu untuk melakukannya.

2. Memberi pengampunan

Biasanya, presiden yang akan segera keluar menggunakan minggu-minggu terakhir mereka di kantor untuk memberikan pengampunan.

Misalnya Obama meringankan 330 hukuman pada hari terakhirnya menjabat - yang terbanyak dalam catatan - meskipun dia telah menggunakan kekuasaan dengan bijak untuk sebagian besar masa kepresidenannya.

Banyak dari mereka yang diampuni atau diringankan hukumannya oleh Obama adalah pelaku narkoba yang menurutnya mendapat hukuman yang tidak adil.

Namun di minggu-minggu terakhirnya, Obama juga mengeluarkan grasi kepada whistleblower Chelsea Manning Wikileaks.

Sementara itu, Trump sebelumnya telah menggunakan kuasa pengampunan Presiden untuk memaafkan teman dan sekutu politiknya, termasuk pembunuh bayaran Roger Stone dan penipu kampanye Dinesh D’Souza.

Daftar pengampunan Trump dapat mencakup orang-orang yang dicurigai melakukan kejahatan yang terkait dengan kampanyenya tahun 2016, atau seruan ke Ukraina yang menyebabkan pemakzulannya.

Bisa juga termasuk orang-orang yang diduga melakukan kejahatan yang terkait dengan kepentingan bisnisnya.

Meski begitu, Trump selalu berpendapat bahwa dia memiliki kekuatan untuk memaafkan dirinya sendiri, dia men-tweetnya beberapa kali.

3. Menghasilkan uang

The Trump International Hotel pada tanggal 5 September 2017 di Washington DC. (PAUL J. RICHARDS / AFP)

Salah satu aspek paling tidak biasa dari Kepresidenan Trump adalah penggunaan kantornya untuk menghasilkan uang untuk dirinya sendiri.

Misalnya, Trump sering menghabiskan waktu di hotel dan resor golf miliknya sendiri.

Kapan pun dia melakukannya, bukan hanya dirinya yang harus tinggal di sana, melankan seluruh lantai harus dipesan untuk perlindungan dan staf dinas rahasia.

Di bawah aturan antikorupsi, Pemerintah tidak dapat menerima diskon dari tarif standar untuk kamar-kamar tersebut - mereka harus membayar penuh.

Sebuah laporan Washington Post pada bulan Agustus memperkirakan bisnis Trump telah membebankan pembayar pajak $ 900.000 selama masa Kepresidenannya.

Demikian pula, ketika pejabat asing mengunjungi Amerika Serikat, mereka diarahkan untuk menginap di Trump International Hotel, yang merupakan tempat menginap yang sangat, sangat mahal dan sumber uang bagi Presiden.

Begitu dia keluar dari jabatannya, kemungkinan besar Presiden akan menghadapi tuntutan hukum.

Kemungkinan tuntutan itu adalah karena menggunakan kantor untuk keperluan keuangan pribadi, ada undang-undang yang melarang hal semacam itu.

4. Memecat orang

Poin ini sudah dimulai.

Beberapa hari lalu beberapa pejabat tinggi di Militer AS - termasuk Menteri Pertahanan - telah dipecat dan diganti dengan loyalis Trump.

Ada sejumlah alasan mengapa Trump ingin mengguncang stafnya.

Bisa jadi dia hanya membalas dendam kecil-kecilan pada orang-orang yang dia anggap bersalah padanya , dan itu daftar yang panjang.

Hal lainnya mungkin karena dia meningkatkan CV teman-temannya, memberi mereka pekerjaan tingkat tinggi selama beberapa bulan sehingga saat seorang Republikan berada di Gedung Putih, akan lebih mudah untuk membuat mereka dikonfirmasi oleh Kongres untuk pekerjaan tingkat tinggi.

Kemungkinan ketiga, dan yang paling menakutkan, adalah bahwa Trump mengisi posisi-posisi kunci dengan "yes men" dalam upaya untuk mempertahankan kekuasaan meski kalah dalam pemilihan.

Belum ada yang menyebutnya sebagai percobaan kudeta, tetapi jika Trump akan melakukan kudeta, orang pertama yang ingin ia pastikan berada di pihaknya adalah pihak militer.

5. Memberi perintah kepada militer

Presiden AS Donald Trump melambai setelah berbicara selama presentasi Commander-in-Chief's Trophy kepada tim sepak bola Akademi Militer AS di Rose Garden Gedung Putih di Washington, DC, 1 Mei 2018. (SAUL LOEB / AFP)

Trump masih menjadi Panglima Angkatan Bersenjata AS setidaknya selama 68 hari lagi.

Sekarang, diperlukan persetujuan Kongres untuk secara resmi menyatakan perang terhadap negara lain.

Namun di bawah Undang-Undang Kekuatan Perang, Presiden dapatmengerahkan pasukan untuk melakukan tindakan militer hingga 60 hari tanpa persetujuan.

Jadi secara teknis, Presiden masih bisa mengeluarkan perintah kepada militer dan berkomitmen untuk bertindak di negara lain selama beberapa bulan sebelum lengser.

Perwira militer hanya bisa megelak perintah jika mereka yakin bahwa perintah itu "ilegal" atau "tidak bermoral".

Bahkan dalam situasi itu, satu-satunya pilihan mereka adalah mundur dan membiarkan orang lain melaksanakan perintah tersebut.

6. Memecah belah Amerika

Ada kekhawatiran bahwa Trump, yang marah atas kekalahannya, mungkin mencoba dan melakukan banyak kerusakan pada negara dan kepercayaan pada demokrasi AS.

Beberapa di antaranya sudah dibahas di atas - tetapi kerusakan terburuk yang bisa dia lakukan sudah dimulai.

Trump berulang kali dan dengan lantang mempertanyakan keabsahan pemilu.

Ia juga menggiring jutaan pengikut dan pendukungnya untuk mempertanyakan hal yang sama.

Terus menyangkal kenyataan dan mengklaim bahwa pemilu dicurangi dapat memicu kerusuhan sipil, termasuk dari milisi bersenjata dan kelompok supremasi kulit putih yang setia pada proyek Trump.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini