Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Joe Biden telah berkampanye dengan janji untuk membuka jalan bagi lebih banyak stimulus fiskal untuk menopang ekonomi yang sedang berjuang di tengah dampak pandemi virus corona (Covid-19).
Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (15/11/2020), pada bulan September lalu, Demokrat berjanji untuk meloloskan RUU stimulus sekitar 2,4 triliun dolar AS yang akan memberikan bantuan kepada keluarga, restoran, dan maskapai penerbangan Amerika yang terdampak pandemi.
Baca juga: Proyeksi Kemenangan Joe Biden Percepat Anjloknya Dolar AS
Pada saat yang sama, para pejabat The Fed secara jelas menyatakan bahwa suku bunga akan tetap mendekati nol, setidaknya selama tiga tahun ke depan, di tengah risiko perekonomian yang gagal.
"Kami berkomitmen untuk menggunakan berbagai instrumen kami untuk mendukung ekonomi dan untuk membantu memastikan bahwa pemulihan dari periode sulit ini akan menguat," kata Ketua The Fed Jerome Powell.
Baca juga: Update Pilpres AS 2002: Donald Trump Unggul di Alaska dan North Carolina, Gagal Lampaui Joe Biden
Di sisi lain, para investor telah menyiapkan diri untuk prediksi melemahnya mata uang AS, jika Biden yang memenangkan Pemilu AS 2020.
Dan akhirnya, ini memicu penurunan dolar AS secara tidak terduga.
Headwind untuk dolar telah diprediksi terkait dengan kemungkinan kemenangan Biden.