Raja Abdullah, sekutu setia AS adalah salah satu pemimpin Arab pertama yang memberi selamat kepada Joe Biden.
Para diplomat mengatakan, Raja melihat kebijakan Trump mengesampingkan kerajaan yang berperan penting dalam menciptakan perdamaian Arab-Israel dengan dukungan PM Israel Benjamin Netanyahu.
Rencana perdamaian Trump juga dipandang sebagai ancaman eksistensialis bagi Yordania.
Sebab aneksasi Tepi Barat akan meruntuhkan Palestina dan menyebabkan Yordania menjadi negara alternatif bagi Palestina.
Yordania sudah kehilangan wilayah Tepi Barat, termasuk Yerussalem Timur selama perang Arab-Israel pada 1967.
Selama bertahun-tahun, negara ini berada di jantung konflik dengan lebih dari 7 juta warganya berasal dari tanah Palestina.
Baca juga: MUI Kritik Kebijakan Pemerintah Berikan Pelayanan E-Visa untuk Israel
Baca juga: Presiden Rouhani Isyaratkan Balas Tindakan Israel Terkait Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran
Dalam permbicarannya dengan Presiden Abbas sebelumnya, kedua pemimpin ini mengatakan "(Israel) berusaha untuk memaksakan realitas baru."
Lantaran Israel berusaha mencaplok dan mempercepat pembangunan di wilayah Palestina yang diduduki.
Pemerintahan Trump sempat membuat marah Yordania dan Arab ketika dikatakan tidak lagi memandang permukiman Israel di Tepi Barat sebagai "tidak sesuai dengan hukum internasional."
Presiden Palestina Abbas sejak tiga tahun lalu memutuskan hubungan dengan pemerintahan Trump.
Dia menuduh Presiden dari Partai Republik itu bias pro-Israel.
Pada Senin (30/11/2020) ini, Abbas menuju ke Kairo, Mesir untuk mencari dukungan terkait pembicaraan damai dan mencari solusi konflik Israel-Palestina, kata para diplomat.
Dia akan melakukan pembicaraan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi.
Adapun pertemuan dengan Raja Yordania pada Minggu (30/11/2020) merupakan perjalanan pertama Abbas ke luar negeri sejak pandemi virus corona awal tahun ini.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)