"Itu sebabnya saya ingin melindungi diri saya, kerabat saya, untuk mendapatkan kekebalan," katanya kepada saluran TV pemerintah Rossiya-24.
Vaksin Sputnik V diberikan dalam dua suntikan, dengan dosis kedua ditargetkan diberikan 21 hari setelah suntikan pertama.
Wakil Perdana Menteri Rusia Tatiana Golikova mengatakan pada hari Jumat bahwa penerima vaksin harus menghindari tempat umum dan mengurangi asupan obat dan alkohol, yang dapat menekan sistem kekebalan, dalam 42 hari pertama setelah suntikan pertama.
Moskow, kota berpenduduk sekitar 13 juta orang, telah menjadi pusat penyebaran virus corona di Rusia.
Dilaporkan ada 7.993 kasus baru pada hari Sabtu (5/12/2020), yang naik dari 6.868 di hari sebelumnya.
Rusia telah mengembangkan dua vaksin COVID-19, Sputnik V yang didukung oleh Dana Investasi Langsung Rusia dan satu lagi yang dikembangkan oleh Institut Vektor Siberia.
UJi coba terakhir untuk kedua vaksin itu belum selesai.
Karena itu, para ilmuwan telah menyuarakan keprihatinan tentang kecepatan vaksin Rusia.
Rusia meluncurkan vaksinasi massal sebelum uji coba untuk mengetahui keamanan dan kemanjuran selesai.
Moskow menutup semua tempat umum termasuk taman dan kafe untuk makan di tempat pada akhir Maret.
Polisi berpatroli di jalan-jalan mencari siapa yang melanggar aturan.
Namun, pembatasan telah dikurangi mulai pertengahan Juni.
Rusia secara keseluruhan melaporkan 28.782 infeksi baru pada hari Sabtu, penghitungan harian tertinggi, mendorong total nasional menjadi 2.431.731, tertinggi keempat di dunia.
Pada bulan Oktober, pembatasan tertentu seperti pembelajaran jarak jauh untuk beberapa anak sekolah menengah dan batas 30% untuk jumlah pekerja yang diperbolehkan di kantor diberlakukan lagi.
Sementara itu, Inggris adalah negara barat besar pertama yang menyetujui peluncuran vaksin, dengan suntikan akan mulai tersedia bagi yang paling berisiko pada hari Selasa.
Para ilmuwan di Eropa dan AS tampaknya meragukan proses peraturan Inggris, meskipun badan-badan Inggris bersikeras tidak proses yang dipotong demi selesainya vaksin.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)