Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan dirinya senang Donald Trump segera lengser dari kursi Presiden Amerika Serikat (AS) setelah dinyatakan kalah dari Joe Biden dalam pemilu 3 November lalu.
Bagi Iran, Trump adalah presiden AS yang paling melanggar hukum dan teroris.
"Kami tidak senang dengan kedatangan Biden, tetapi kami senang Trump lengser," kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan televisi seperti dilansir Reuters, Rabu (16/12/2020).
Baca juga: Trump dan Biden Dinilai Sama Saja, Kebijakan Amerika Serikat Terhadap Iran Tak Akan Berubah
Hal ini disamaikan Presiden Iran setelah Electoral College atau Dewan Elektoral secara resmi menyatakan Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat (AS) ke-46, Selasa (15/12/2020).
Biden memperoleh mayoritas suara elektoral (electoral vote) yang solid, yakni 306 suara dan memastikan kemenangannya dalam pemilu bulan lalu.
Pemungutan suara Electoral College menjadi sangat penting tahun ini karena penolakan Presiden Donald Trump untuk mengakui dia telah kalah.
Baca juga: Kesal Tak Bisa Gagalkan Biden, Trump Kembali Pecat Pejabatnya, Kali Ini Jaksa Agung Bill Barr
Setiap empat tahun, orang-orang yang duduk di Dewan Elektoral adalah yang sebenarnya menentukan siapa presiden dan wakil presiden baru AS.
California, negara bagian AS yang paling padat penduduknya, menempatkan Biden di atas 270 suara yang diperlukan untuk memenangkan Electoral College, ketika 55 pemilihnya dengan suara bulat melemparkan surat suara untuknya dan pasangannya Kamala Harris.
Biden dan Harris akan dilantik pada 20 Januari 2021.
Sebelum ini, Rouhani juga menegaskan, pada Rabu (4/11/2020), hasil pemilu AS tidak penting bagi Iran.
Namun bagi Iran, kata Rouhani, Presiden berikutnya di Washington harus menghormati perjanjian dan hukum internasional.
Baca juga: Electoral College: Joe Biden Menang, Donald Trump Kalah
"Bagi Teheran, kebijakan pemerintahan AS berikutnya yang penting. Bukan siapa yang memenangkan pemilu AS," tegas Rouhani dalam rapat kabinet yang disiarkan televisi Iran, seperti dilansir Reuters, Rabu (4/11/2020).
Joe Biden telah berjanji akan bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dengan enam kekuatan, jika Iran kembali mematuhinya.
Presiden Donald Trump meninggalkan kesepakatan itu pada 2018 dan mengganti sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.
Sebagai pembalasan, Iran secara bertahap mengurangi kepatuhan terhadap ketentuan kesepakatan.
"Kami ingin dihormati, tidak dikenakan sanksi (oleh Amerika Serikat). Tidak peduli siapa yang memenangkan pemilu AS ... Bagi kami, kebijakan dan prinsip adalah penting," kata Rouhani.
Trump telah mengatakan dia ingin mencapai kesepakatan baru dengan Teheran yang akan membahas program rudal Iran dan dukungan untuk proksi regional di Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman.
Iran telah mengesampingkan negosiasi apa pun, kecuali AS yang pertama kali kembali ke kesepatan.(Reuters)