TRIBUNNEWS.COM, SANAA– Komite Penyelamat Internasional (IRC) menempatkan Yaman sebagai negara paling berisiko mengalami bencana kemanusiaan pada 2021.
Ini kali ketiga IRC menetapkan Yaman di posisi sama selama tiga tahun terakhir. Perang antara kelompok Houthi dan faksi Yaman yang didukung Arab Saudi dan Emirat Arab jadi pemicunya.
Konflik yang berlanjut, kelaparan yang meluas, dan lambatnya tanggapan bantuan internasional secara dramatis memperburuk krisis di Yaman tahun depan.
Aljazeera mewartakan laporan IRC, Rabu (16/12/2020). Direktur Badan Bantuan IRC untuk Yaman, Tamuna Sabadze, meminta dukungan komunitas internasional lebih dari masa sebelumnya.
Baca juga: Kelompok Militan Houthi Tembakkan Rudal Jarak Jauh ke Fasilitas Minyak Arab Saudi
Baca juga: Pasukan Koalisi Cemas Ibu Kota Arab Saudi Jadi Target Rudal Kelompok Houthi
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera dari Sanaa, ibukota Yaman, Sabadze menyerukan komitmen lebih dari yang dilihat saat ini dari aktor internal, regional dan global untuk mengakhiri konflik.
“Tanpa ini, banyak hal tidak akan berubah di Yaman. Warga sipil Yaman benar-benar tidak akan memiliki masa depan dan harapan,” katanya.
“Dua puluh empat juta orang membutuhkan semacam bantuan kemanusiaan, baik itu makanan, perlindungan, layanan kesehatan, atau pendidikan,” imbuhnya.
“Mayoritas penduduk sangat membutuhkan campur tangan PBB dan pendanaan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari mereka,” tegas Sabadze
Daftar yang disusun IRC untuk 2021, peringkat satu sampai 10, terdiri atas Yaman; Afganistan; Suriah; Republik Demokratik Kongo; Etiopia; Burkina Faso; Sudan Selatan; Nigeria; Venezuela, dan Mozambik.
Sepuluh negara lainnya juga ada dalam daftar tetapi tidak memiliki tingkat risikoseperti 10 negara di daftar pertama. Mereka terdiri atas Kamerun; Republik Afrika Tengah; Chad; Kolumbia; Lebanon; Mali; Niger; Palestina; Somalia, dan Sudan.
Abeer Fowzi, Wakil Koordinator Nutrisi IRC, mengatakan, menghadapi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya, dunia disebutnya telah meninggalkan Yaman.
“Belum pernah orang Yaman menghadapi begitu sedikit dukungan dari komunitas internasional, atau begitu banyak tantangan secara bersamaan,” katanya.
Dukungan keuangan untuk negara itu nyaris nol, bersamaan peringatan Kepala Kemanusiaan PBB Mark Lowcock pada November.
Yaman telah menerima kurang dari setengah dari dana darurat yang dibutuhkannya tahun ini.