Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MASSACHUSETTS - Seorang dokter di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat (AS) mengatakan ia merasakan salah satu reaksi alergi terburuk yang pernah dirinya alami, setelah menerima suntikan vaksin virus corona (Covid-19) yang diproduksi Moderna.
Ini merupakan salah satu kasus yang terjadi pasca serangkaian kasus serupa yang disebabkan vaksin lainnya, Pfizer.
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (27/12/2020), seorang Dokter Onkologi Hematologi di Boston Medical Center, Hossein Sadrzadeh, telah diberi obat tersebut pada Malam Natal.
Baca juga: Gubernur Jawa Timur Khofifah Mengaku Siap Menjadi Orang Pertama yang Divaksin Covid-19 di Jatim
Baca juga: Disuntik Vaksin Corona Moderna, Dokter di Amerika Alergi Hebat, Pusing dan Jantung Berdebar Kencang
Sadrzadeh yang memiliki alergi kerang akut, mengatakan jantungnya mulai berdetak kencang setelah menerima vaksin.
Awalnya, ia mengira peningkatan detak jantungnya itu muncul karena kecemasan yang ia rasakan terkait pengalaman vaksinasi para penderita alergi lainnya.
Karena sebelumnya ia membaca laporan medis serius mengenai bagaimana reaksi orang yang memiliki riwayat alergi saat disuntik vaksin Pfizer.
Namun, dirinya segera menyadari bahwa ia menderita sesuatu yang jauh lebih berbahaya.
Dalam beberapa menit, lidah dan tenggorokan Sadrzadeh mulai terasa 'kesemutan dan mati rasa', reaksi ini ia kaitkan dengan alergi kerangnya.
Bahkan yang lebih memprihatinkan, tekanan darahnya pun kemudian turun menjadi sangat rendah, sehingga tidak bisa dideteksi monitor.
Ia beruntung, karena sejak awal membawa EpiPen dan memberikan pada dirinya sendiri, sebelum staf rumah sakit membawanya ke Unit Gawat Darurat (UGD).
EpiPen merupakan alat penyuntik epinefrin otomatis yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang disebut anafilaksis.
Sedangkan anafilaksis memiliki potensi yang mengakibatkan kematian.
Sehingga pasien yang berada dalam kondisi ini, harus mendapatkan pertolongan terlebih dahulu menggunakan EpiPen sebelum ditangani layanan darurat.
Setelah menggunakan EpiPen, Sadrzadeh kemudian diberi beberapa obat, termasuk steroid dan Benadryl.
Catatan kunjungan rumah sakitnya menyatakan bahwa ia dirawat di UGD karena mengalami sesak napas, pusing, jantung berdebar hingga mati rasa setelah menerima vaksin Covid-19.
Pada Jumat pagi, ia mengaku bahwa kondisinya sudah mulai normal.
Namun momen itu bisa berubah menjadi jauh lebih mengerikan jika ia tidak siap menghadapi yang terburuk.
"Saya mengira jika saya tidak membawa EpiPen, saya akan diintubasi sekarang, karena (kondisi alergi saya) itu parah," kata Sadrzadeh.
Intubasi endotrakeal adalah prosedur medis untuk memasukkan alat bantu nafas berupa tabung ke dalam tenggorokan (trakea) melalui mulut atau hidung.
Sadrzadeh menambahkan bahwa apa yang baru saja ia alami itu adalah reaksi alergi terburuk yang pernah ia alami sejak berusia 11 tahun.
Berdasar pada pengalamannya tersebut, ia pun merekomendasikan agar orang yang memiliki riwayat alergi untuk mendapatkan vaksinasi ini di rumah sakit, bukan dari klinik atau penyedia layanan kesehatan lokal.
"Saya tahu gejalanya, saya punya pengalaman, saya adalah seorang dokter, dan saya ketakutan setengah mati. Bayangkan jika seseorang yang tidak punya informasi terkait ilmu kesehatan dan riwayat alerginya, mendapatkan vaksin ini?," tegas Sadrzadeh.
Ia pun telah menawarkan sampel darahnya kepada Moderna untuk membantu perusahaan tersebut mengidentifikasi jenis bahan apa yang terkandung dalam vaksin itu yang mungkin menjadi pemicu reaksi alergi.
"Saya benar-benar tidak ingin ada yang mengalami ini dan melewati pengalaman vaksinasi seperti saya," papar Sadrzadeh.
Ini adalah kasus pertama yang dikaitkan dengan vaksin Moderna.
Sebelumnya, Pejabat Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) pun sedang menyelidiki setidaknya enam kasus reaksi alergi parah yang terjadi pada orang yang menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech.
Namun, saat ini masih belum jelas bahan apa yang memicu alergi dalam vaksin itu.