Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Rabu (30/12/2020) hari ini tepat satu tahun mantan Chairman Nissan Jepang, Carlos Ghosn kabur dari Jepang dengan menggunakan pesawat jet pribadi dari Bandara Kansai Osaka.
Drama pelarian terus memberikan pengaruh besar di Jepang.
Salah satu dampaknya, Kementerian Kehakiman Jepang telah mulai meninjau sistem bailout Jepang, membahas kemungkinan memasang peralatan pengawasan elektronik, dan bertujuan untuk tindakan yang lebih ketat kepada tersangka.
"Ironisnya, Ghosn sendiri pernah menawarkan untuk memakai gelang elektronik saat mengajukan bailout, namun ditolak karena tidak ada aturan hukum yang berlaku," ungkap sumber Tribunnews.com, Rabu (30/12/2020).
Gelang elektronik dipasang dengan tujuan agar mudah dideteksi dan atau dimonitor keberadaannya.
Ada juga perselisihan tentang sistem peradilan Jepang.
Ada kritik bahwa "keadilan sandera" sedang dilakukan untuk memaksakan penahanan jangka panjang pada tersangka guna mendapatkan pengakuan sebelum dakwaan.
Jaksa penuntut dapat menahan tersangka hingga 23 hari untuk satu kecurigaan, selama itu dia dapat diinterogasi tanpa pengacara.
"Hal tersebut dianggap pengacara Ghosn akan sangat membahayakan posisi tersangka," ungkap Megumi Wada, mantan anggota tim pembela Ghosn.
Baca juga: Carlos Ghosn Minta Nissan Jepang Mencabut Tuntutan Ganti Rugi 10 Miliar Yen
Pada bulan November, Kelompok Kerja PBB untuk Penahanan Sewenang-wenang menyimpulkan bahwa penangkapan dan penahanan Ghosn di Jepang "pada dasarnya tidak dapat dibenarkan".
Di sisi lain, pihak Jepang berpendapat bahwa hal itu sama sekali tidak dapat diterima dan setelah mengajukan surat pencarian internasional ke interpol, sampai saat ini status Ghosn menjadi Buronan Internasional.
Ghosn, yang tinggal relatif tenang di Beirut saat ini, baru-baru ini menerbitkan buku pertamanya setelah pelariannya, mengklaim keabsahannya.
Beberapa tuntutan hukum terhadap Nissan sedang berlangsung.
Nissan memulai gugatan di Jepang pada November dengan menuntut ganti rugi sekitar 10 miliar yen karena kekayaannya hilang akibat penipuan jangka panjang yang dilakukan Ghosn.
Ghosn yang juga sedang diselidiki di Prancis, meminta Nissan dan Mitsubishi Motors membayar kompensasi sebesar 15 juta euro (sekitar 1,9 miliar yen) di Belanda karena membatalkan kontraknya secara ilegal.
Ghosn juga telah mengajukan gugatan serupa terhadap mantan majikannya, perusahaan mobil Prancis Renault yang dianggapnya memecatnya secara ilegal.
Sementara itu telah terbit buku baru "Rahasia Ninja di Jepang" berisi kehidupan nyata ninja di Jepang yang penuh misteri, mistik, ilmu beladiri luar biasa dan penguasaan ilmu hitam juga. informasi lebih lanjut ke: info@ninjaindonesia.com