TRIBUNNEWS.COM - Akun Twitter Donald Trump ditutup secara permanen.
Hal ini disampaikan langsung oleh pihak Twitter pada jumat (8/1/2021).
Alasan mengapa akun Twitter Trump ditutup permanen adalah karena "risiko memicu kekerasan lebih lanjut".
Dikutip Tribunnews dari NBC News, akun Trump yang memiliki 88 juta pengikut awalnya diblokir selama 12 jam pada Rabu (6/1/2021).
Saat itu, Trump dinilai telah melakukan "pelanggaran berat terhadap kebijakan Integritas Sipil kami", setelah ia menggunakan platform tersebut untuk mencuitkan kecaman terhadap Wakil Presiden, Mike Pence, ketika pendukungnya menyerbu Capitol.
Baca juga: Pasca-Rusuh di Capitol, Sejumlah Pendukung Trump Jadi Buron, Ini Foto-fotonya
Baca juga: Meski Tak Mau Sebut Nama Joe Biden, Trump Akhirnya Akui Kemenangan Lawannya
"Setelah meninjau secara cermat cuitan baru-baru ini dari akun @realDonaldTrump dan konteks di sekitarnya, kami secara permanen menangguhkan akun tersebut karena risiko hasutan lebih lanjut untuk melakukan kekerasan," jelas Twitter dalam cuitannya.
Dalam sebuah unggahan blog, Twitter merinci alasan dibalik keputusan tersebut.
"Setelah peristiwa mengerikan minggu ini, kami menjelaskan pada Rabu, pelanggaran tambahan terhadap Peraturan Twitter berpotensi mengakibatkan tindakan yang sama," kata Twitter.
"(Tujuan) kepentingan publik kami ada untuk memungkinkan publik mendengar dari pejabat terpilih dan pemimpin dunia secara langsung."
"Itu dibangun di atas prinsip bahwa rakyat memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban di tempat terbuka," beber Twitter.
"Namun, kami telah menjelaskan selama bertahun-tahun, akun-akun ini tidak berada di atas aturan kami dan tidak dapat menggunakan Twitter untuk menghasut kekerasan," lanjut unggahan itu.
"Kami akan terus bersikap transparan seputar kebijakan kami dan penegakannya," tegas Twitter.
Ratusan karyawan Twitter baru-baru ini menandatangani surat yang mendesak CEO Twitter, Jack Dorsey, agar melarang presiden menggunakan platform untuk menghasut upaya kekerasan setelah pengepungan di Capitol.
Seorang karyawan Twitter mengatakan kepada NBC News, pada pertemuan Jumat pagi, banyak di antaranya yang memohon kepada para eksekutif agar menghapus akun Trump.