TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Raksasa penyedia platform komunikasi WhatsApp membatalkan pembaruan kebijakan yang bertujuan mengintegrasikan layanan dengan Facebook.
Keputusan ini diambil WhatsApp menyusul migrasi besar-besaran pengguna aplikasi percakapan ini ke platform lain selama beberapa hari terakhir.
Pengguna WA di dunia mengkhawatirkan platform milik Facebook itu akan membagikan data pribadi pengguna ke perusahaan induknya.
Laman berita Russia Today, Sabtu (16/1/2021), memberitakan, WA menunda pembaruan hingga pertengahan Mei 2021.
Baca juga: Makin Banyak Orang Hilang Kepercayaan Pada WhatsApp, Ramai-ramai Pindah ke Aplikasi Lain
Baca juga: POPULER Techno: Bagaimana Keamanan Kebijakan Baru WhatsApp? | Cara Redeem Code Genshin Impact
Perusahaan itu menyalahkan "kebingungan" dan "informasi yang salah" untuk masalah privasi yang berkembang di antara pelanggan.
Mereka bersikeras pembaruan kebijakan tidak akan menyerahkan data pengguna tambahan, seperti pesan pribadi, ke Facebook di bawah kebijakan barunya.
"Kami akan selalu melindungi percakapan pribadi Anda dengan enkripsi ujung ke ujung, sehingga baik WhatsApp maupun Facebook tidak dapat melihat pesan pribadi ini," kata perusahaan itu.
“Itulah mengapa kami tidak menyimpan catatan tentang siapa yang mengirim pesan atau menelepon semua orang. Kami juga tidak dapat melihat lokasi yang Anda bagikan dan kami tidak membagikan kontak Anda dengan Facebook," kata perusahaan itu lewat pengumuman di blog WA.
Awal bulan ini, platform obrolan WA memberi tahu pengguna tentang pembaruan kebijakan yang akan datang, mencatat itu akan mencakup opsi baru untuk bisnis perpesanan di WhatsApp.
Mereka lewat pesan massal di masing-masing aplikasi WAS pengguna menyatakan pelanggan memiliki waktu hingga 8 Februari 2021 untuk menerima perubahan, atau akun mereka akan diblokir.
Pemberitahuan tersebut segera memicu kekhawatiran pembaruan tersebut akan berarti perubahan signifikan pada cara WhatsApp membagikan data, yaitu dengan perusahaan induknya Facebook.
Meskipun perusahaan dengan tegas membantah desas-desus tentang berbagi data yang lebih mengganggu, kekhawatiran tersebut tetap memicu eksodus besar-besaran dari platform.
Banyak pengguna pindah ke aplikasi obrolan pesaing, seperti Telegram dan Signal. Pada Jumat, Signal mengatakan mengalami pemadaman global karena "jutaan" pengguna baru berbondong-bondong ke platform mereka.
Perkembangan ini menunjukkan pesan privasi itu penting. Telegram, sementara itu, menghitung sekitar 5,6 juta unduhan dalam waktu kurang dari seminggu awal bulan ini.