Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jumlah perusahaan yang bangkrut akibat pengaruh virus corona baru mencapai sedikitnya 900 perusahaan Jepang umumnya skala kecil dan menengah (UKM).
"Berdasarkan industri, restoran adalah yang paling populer, paling banyak yang bangkrut," ungkap sumber Tribunnews.com Senin (18/1/2021).
Menurut Teikoku Databank, lembaga periset terkenal Jepang, jumlah perusahaan yang bangkrut atau menghentikan bisnisnya akibat pengaruh virus corona baru mencapai sedikitnya 900 perusahaan dari Februari tahun lalu hingga 18 Januari 2021.
Berdasarkan industri, "restoran" menyumbang jumlah terbesar dengan 141 kasus. Kemudian hotel / penginapan dan bisnis konstruksi / konstruksi masing-masing dengan 72 kasus, dan pengecer pakaian dengan 54 kasus.
Jumlah total kerugian kredit macet mereka sedikitnya mencapai sekitar 361,9 miliar yen.
Karena infeksi yang berkepanjangan, lingkungan bisnis di restoran dan industri akomodasi terus menjadi semakin sulit, dan Teikoku Databank menyatakan, "Permintaan untuk mempersingkat jam kerja dan menahan diri dari keluar karena deklarasi darurat kedua mungkin akan menjadi masalah bagi perusahaan."
Menurut prefektur, "Tokyo" (222 perusahaan), "Osaka" (83), "Kanagawa" (49), "Shizuoka" (44), "Hyogo" (41), Demikian pula di Prefektur Aichi ada 39 kasus perusahaan bangkrut serta berbagai perfektur lainnya.
Tokyo dan Osaka menyumbang 33,9% dari total kebangkrutan dalam setahun terakhir ini.
Sementara itu para WNI yang ada di Jepang bergabung ke dalam Forum BBB (Bisnis Baru Bersama) yang berusaha meningkatkan jiwa wiraswastanya di Jepang dan akan memiliki jaringan di 47 perfektur dan 23 wilayah di Tokyo. saat ini bergabung masih gratis silakan email ke: bbb@jepang.com dengan subject: BBB