TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Calon Menteri Pertahanan AS, Jenderal (Purn) Lloyd Austin, akan meninjau kehadiran pasukan AS di Timur Tengah untuk mengatasi tantangan Rusia dan China.
Calon pemimpin Pentagon pilihan Joe Biden itu menjawab pertanyaan saat uji kemampuan di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat, Selasa (19/1/2021), sehari sebelum pelantikan Biden.
Dalam pernyataan pembukaannya selama sidang konfirmasi, Lloyd Austin, mengatakan dia akan meninjau pengerahan pasukan saat ini di Timur Tengah.
Ia juga mengisyaratkan pengurangan pasukan AS di wilayah tersebut dengan tetap mengusahakan kehadiran Amerika lebih baik di kawasan itu.
Baca juga: China Akan Beri Sanksi Bagi Pejabat AS Yang Ikut Campur Urusan Taiwan
Baca juga: Washington Tuduh Genosida di Xinjiang, China Sebut Pemerintah Amerika Munafik
Baca juga: Laut Cina Selatan Kian Memanas, Wakil Ketua MPR: Kedepankan Pendekatan Diplomasi
Sisi lain, ia akan menggunakan kekuatan militer AS di palagan lain. Laman berita Rusia, Sputniknews mengutip Bloomberg, Rabu (20/1/2021).
"Jika dikonfirmasi, saya akan meninjau kehadiran pasukan kami untuk memastikan itu benar-benar seimbang untuk mengatasi berbagai tantangan di Timur Tengah,” kata Austin.
“Termasuk dari China dan Rusia, dengan persyaratan global dan kesehatan pasukan gabungan," imbuh Austin dalam sebuah pernyataan tertulis kepada Senat AS.
Khawatirkan Kecepatan Modernisasi Militer China
Ketika ditanya apakah Strategi Pertahanan Nasional AS (NDS) harus direvisi, Austin menjawab kecepatan di mana China memodernisasi modernisasi militernya.
“Tindakannya yang semakin agresif di Indo-Pasifik dan kemampuannya untuk mengancam tanah air AS mengkhawatirkan dan harus terus diperiksa ulang," katanya.
Austin menambahkan dia akan memastikan China tidak mendapatkan superioritas militer atas Amerika Serikat.
“Di sebagian besar wilayah Indo-Pasifik, Partai Komunis China (PKC) menggunakan paksaan militer dan ekonomi untuk menggertak tetangganya,” tuduh Austin.
China menurutnya mengajukan klaim maritim yang melanggar hukum, mengancam jalur pelayaran maritim, dan mengguncang wilayah di sepanjang perbatasan Republik Rakyat China (RRC).
Perilaku predator ini menurut Austin, meningkatkan risiko salah perhitungan dan konflik. AS harus bersama sekutu dan mitranya di Asia Tenggara memperjuangkan Indo-Pasifik yang bebas.