TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Mayoritas Senat Amerika Serikat (AS) Chuck Schumer, yang menggantikan McConnell buka suara terkait sidang pemakzulan Presiden AS ke-45 Donald Trump.
France24 melaporkan, Schumer tidak mengatakan kapan persidangan pemakzulan Trump akan dimulai.
"DPR akan menyampaikan pasal (dakwaan) pemakzulan ke Senat," kata Schumer.
"Senat akan melakukan sidang pemakzulan Donald Trump dan akan menjadi sidang penuh. Ini akan menjadi pengadilan yang adil," tegas Schumer, Jumat (22/1/2021).
Baca juga: Upaya Pemakzulan Donald Trump Jalan Terus Meski Sudah Lengser
Baca juga: Joe Biden Dikabakan Menunggu di Luar Gedung Putih saat Pelantikan karena Staf Dipulangkan oleh Trump
Pernyataan Schumer disampaikan setelah McConnell meminta DPR untuk menunda dakwaan terhadap Trump hingga Kamis depan dan tidak memulai persidangan hingga pertengahan Februari 2021, untuk memberi Trump lebih banyak waktu mempersiapkan pembelaan terhadap tuduhan yang dia terima.
Seperti diketahui, dalam pemakzulan kali kedua ini, Trump menghadapi tuduhan bahwa dia menghasut pemberontakan para pendukungnya, yang menyerbu Capitol AS pada 6 Januari 2021 kemarin.
"Pemakzulan ini dimulai dengan proses yang sangat cepat dan singkat di DPR," ucap McConnell pada Jumat kemarin.
Presiden AS Pertama yang Dimakzulkan 2 Kali
Donald Trump menjadi presiden pertama dalam sejarah Amerika Serikat yang dimakzulkan dua kali.
Dia akan diadili setelah meninggalkan jabatannya, atas tuduhan perannya dalam mendesak para pendukungnya untuk menyerbu Capitol AS.
Aksi massa pro-Trump awal Januari lalu itu pun menewaskan lima orang, termasuk aparat polisi.
Pada 13 Januari 2021, 10 anggota DPR dari Partai Republik bergabung dengan Demokrat untuk memakzulkannya.
Baca juga: POPULER Internasional: Jadwal Sidang Pemakzulan Donald Trump | Jepang Mulai Vaksinasi Akhir Februari
Baca juga: Sidang Pemakzulan Kedua Donald Trump Digelar 8 Februari, Mayoritas Republik Tak Ingin Trump Dihukum
Butuh 17 Suara Senat Republik
Sekira dibutuhkan 17 suara Senat Partai Republik untuk menghukum Trump, lalu pemungutan suara terpisah juga dibutuhkan untuk mencegahnya mencalonkan diri lagi.