News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

AS Terbangkan Pembom B-52 ke Timur Tengah, Ketiga Kalinya di Tahun Ini

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Gigih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto Angkatan Udara AS yang diperoleh 27 Januari 2021 ini menunjukkan Stratofortress B-52 Angkatan Udara AS dari 2nd Bomb Wing, Pangkalan Angkatan Udara Barksdale, Louisiana, terbang dengan F-15SA Angkatan Udara Arab Saudi selama misi satuan tugas pembom di atas Area tanggung jawab Komando Pusat AS, pada 27 Januari 2021. Sebuah pembom B-52 AS terbang di atas Timur Tengah pada 27 Januari 2021 sebagai unjuk kekuatan oleh pemerintahan baru Presiden Joe Biden saat mempersiapkan hubungan yang menantang dengan Iran, kata Pentagon. B-52H Stratofortress berkemampuan nuklir menerbangkan misi pulang-pergi dari Pangkalan Angkatan Udara Barksdale di Louisiana, ditemani pada waktu yang berbeda oleh jet tempur AS dan tanker pengisian bahan bakar, dan, pada satu titik, oleh pesawat tempur F-15 Angkatan Udara Arab Saudi. .

TRIBUNNEWS.COM - Komando Pusat Amerika Serikat (AS) (CENTCOM) menyampaikan Washington menerbangkan pembom B-52 ke Timur Tengah pada Rabu (27/1/2021).

Mengutip Al Jazeera, pembom B-52 yang dikirim ke Timur Tengah ini dikenal sebagai patroli kehadiran dan sudah ketiga kalinya sepanjang tahun ini.

"Pembom B-52 lepas landas dari negara bagian AS Louisiana dan 'berhasil menyelesaikan patroli kehadiran di Timur Tengah' pada Rabu," kata CENTCOM dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Iran Tolak Ancaman Aksi Militer Israel dan Sebut Pemerintahan Biden Independen

Baca juga: Bincang Perdana Putin dengan Biden, Bahas Normalisasi Hubungan AS-Rusia

Foto Angkatan Udara AS yang diperoleh 27 Januari 2021 ini menunjukkan Stratofortress B-52 Angkatan Udara AS dari 2nd Bomb Wing, Pangkalan Angkatan Udara Barksdale, Louisiana, terbang dengan F-15SA Angkatan Udara Arab Saudi selama misi satuan tugas pembom di atas Area tanggung jawab Komando Pusat AS, pada 27 Januari 2021. Sebuah pembom B-52 AS terbang di atas Timur Tengah pada 27 Januari 2021 sebagai unjuk kekuatan oleh pemerintahan baru Presiden Joe Biden saat mempersiapkan hubungan yang menantang dengan Iran, kata Pentagon. B-52H Stratofortress berkemampuan nuklir menerbangkan misi pulang-pergi dari Pangkalan Angkatan Udara Barksdale di Louisiana, ditemani pada waktu yang berbeda oleh jet tempur AS dan tanker pengisian bahan bakar, dan, pada satu titik, oleh pesawat tempur F-15 Angkatan Udara Arab Saudi. .

"Misi defensif" itu dimaksudkan untuk menunjukan kemampuan militer AS dengan mengerahkan kekuatan udara di mana pun di dunia.

"Tujuannya untuk mencegah potensi agresi dan menunjukkan komitmen AS terhadap keamanan kawasan," kata pernyataan itu.

Aksi ini dilakukan sehari setelah Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Letnan Jenderal Aviv Kochavi, mengatakan, militer negara itu merevisi rencana serangan terhadap Iran dan memperingatkan Biden agar tidak kembali ke perjanjian nuklir Iran.

Seperti diketahui, Trump, yang pemerintahannya mengejar strategi "tekanan maksimum" terhadap Teheran, secara sepihak menarik diri dari kesepakatan itu pada 2018.

Tetapi Biden berjanji akan kembali ke perjanjian di mana Iran setuju untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.

Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Letnan Jenderal Aviv Kochavi, berpidato di depan media di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv pada 12 November 2019. Militer Israel membunuh seorang komandan kelompok militan Palestina Jihad Islam dalam serangan di rumahnya di Jalur Gaza pada awal pagi hari, memicu tembakan roket pembalasan dan ketakutan akan eskalasi kekerasan yang parah.

Letnan Jenderal Aviv Kochavi, mengatakan pada Selasa (26/1/2021) bahwa kembali ke kesepakatan nuklir "adalah buruk dan salah dari sudut pandang operasional dan strategis".

Israel merupakan pendukung setia garis keras pemerintahan Trump terhadap Teheran.

Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan Iran, Mahmoud Vaezi, menepis pernyataan Kochavi dan menyebutnya sebagai "perang psikologis".

Vaezi mengatakan Israel "dalam tindakan, mereka tidak memiliki rencana atau kemampuan untuk melaksanakannya".

"Beberapa pejabat di rezim Zionis berpikir Washington akan menerima apa pun yang mereka katakan," katanya kepada wartawan pada Rabu setelah rapat kabinet.

"Tapi saya yakin pemerintahan AS yang baru memiliki kemerdekaannya sendiri, sama seperti negara lain memiliki kemerdekaannya sendiri," ungkapnya.

Baca juga: Biden Tegaskan Komitmen AS dengan Jepang, Termasuk Pulau yang Diklaim China

Baca juga: Trump Lengser, Biden akan Hentikan Penjualan Senjata AS ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab

Presiden AS Joe Biden bersiap untuk menandatangani perintah eksekutif tentang perawatan kesehatan yang terjangkau di Kantor Oval Gedung Putih di Washington, DC, pada 28 Januari 2021. Perintah tersebut termasuk membuka kembali pendaftaran di Undang-Undang Perawatan Terjangkau federal. (MANDEL NGAN/AFP)

Biden dan Iran

Iran tidak segera menanggapi flyover B-52 pada Rabu (27/1/2021), tetapi menegur AS.

Total ada enam misi serupa sejak November tahun lalu.

Setelah flyover terakhir, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif memberikan komentarnya.

Zarif menekankan agar AS membelanjakan uangnya "untuk kesehatan dan membayar pajak", sambil memperingatkan "kami tidak menghindar dari menghancurkan penyerang".

Pemerintahan Biden telah berjanji untuk mengambil pendekatan yang lebih terukur terhadap Iran daripada Trump.

Selama masa jabatan Trump, ketegangan antara kedua negara mengancam akan meningkat menjadi konflik militer skala penuh pada beberapa kesempatan, terutama setelah pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani di Irak oleh AS.

Terlepas dari niat Biden untuk kembali ke kesepakatan itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, AS masih "masih jauh" dari keputusan apakah akan bergabung kembali dengan perjanjian tersebut dan perlu melihat apa yang sebenarnya dilakukan Teheran untuk melanjutkan mematuhi pakta tersebut.

Menurut media pemerintah Kerajaan, flyover B-52 AS juga datang sehari setelah Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi, diserang oleh rudal atau drone.

Ini merupakan pertama kali proyektil diluncurkan ke kota itu dalam beberapa bulan.

Pemerintah Biden, meski bersumpah untuk mengakhiri dukungan koalisi pimpinan Saudi yang memerangi militan Houthi yang berpihak pada Iran di Yaman, dengan cepat mengutuk serangan itu.

Pihak Biden pun berjanji untuk membantu Kerajaan "mempertahankan diri dari serangan di wilayahnya".

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini