Misi Depth Corps mencakup perencanaan dan pelaksanaan operasi militer strategis jauh di dalam wilayah musuh.
Termasuk di negara-negara yang berbatasan dengan Israel, serta negara-negara yang jauh, seperti Iran, ditambah pemantauan dan persiapan untuk serangan rudal balistik.
Gantz terlibat pertengkaran dengan Kohavi awal pekan ini setelah kepala stafnya mengklaim Iran mungkin hanya "beberapa minggu" lagi untuk membuat bom nuklir.
Khavi juga mengecam pemerintahan Biden atas rencananya untuk kembali ke kesepakatan nuklir Iran, dan berjanji untuk bekerja sama.
Gantz menanggapinya pada Rabu, menuduh Kohavi tidak bijaksana dan mengatakan lewat perumpamaan, garis merah ditarik di ruang tertutup.
Klaim Israel Tentang Proyek Bom Nuklir Iran
Para pejabat Israel telah menghabiskan sebagian besar dekade terakhir dengan mengklaim Iran "berminggu-minggu" atau "berbulan-bulan" lagi untuk membangun bom nuklir.
Pada 2012, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan Republik Islam hanya enam atau tujuh bulan dari membuat bom.
Ia mendesak Presiden Barack Obama untuk "menempatkan garis merah itu di hadapan mereka sekarang, sebelum terlambat."
Pada tahun yang sama, Netanyahu muncul di sidang Majelis Umum PBB disertai poster diagram bom kartun raksasa.
Ia sekali lagi mengklaim Teheran hanya "beberapa minggu" lagi untuk membangun bom nuklir.
Tiga tahun kemudian, pada 2015, Iran, AS, Rusia, China, Inggris, Prancis, Jerman, dan Uni Eropa menandatangani perjanjian nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Traktat ini menjanjikan keringanan sanksi Teheran dengan imbalan pembatasan proyek nuklir negara itu untuk program energi.
Pemerintahan Trump menarik diri dari perjanjian pada 2018 setelah lobi intensif oleh Israel.