Sejauh ini, tantangan terbesar mereka adalah badai enam jam selama menyeberangi Atlantik. Namun mereka berhasil mengelolanya dengan baik.
Dalam badai tersebut, mereka ehilangan pemanggang roti dan telepon satelit yang rusak.
Keluarga itu mengikuti aturan pencegahan penyebaran virus corona di setiap negara dan mengikuti pengetesan atau masuk karantina sesuai kebutuhan.
"Ketika kami tiba di Martinique... kami memberi tahu pihak berwenang bahwa kami menghabiskan 16 hari di laut lepas dan mereka menganggapnya sebagai karantina," kata Bosze.
Meski demikian, perahu yang mereka gunakan dipenuhi dengan bahan makanan yang cukup untuk sebulan.
Di sisi lain, keluarga itu menangkap sendiri ikan tuna atau lemadang yang sangat menyenangkan bagi putri mereka yang berusia 6 dan 8 tahun.
Kedua gadis tersebut melakukan pembelajaran jarak jauh,dan akan didaftarkan di sekolah lokal jika memungkinkan untuk mengenal budaya yang berbeda.
Menuju Samudra Pasifik
Bosze mengatakan, dia sempat berdiskusi dengan Jimmy Cornell, seorang pria yang berlayar menggunakan yacht kelahiran Rumania yang legendaris.
Hasil dari diskusi tersebut rupanya memiliki pengaruh besar pada pemikiran keluarga itu ketika mereka merencanakan perjalanan tersebut.
Anna mengatakan pelayaran tersebut telah memberinya kebebasan yang besar meski dia harus terus memasak secara teratur selain menangani layar jika diperlukan.
“Kami melihat lumba-lumba melompat di haluan kapal dan berenang bersama kami, dengan laut yang benar-benar tenang. Jadi kami bisa melihat mereka dengan jelas di bawah air,” kata Anna sambil tersenyum.
Bergantung pada pembatasan akibat Covid-19, mereka berencana untuk berlayar pada tahun ini atau tahun depan menuju Pasifik.
Mereka mengatakan, pelayaran mereka bisa berlangsung 5-6 tahun lagi, berlabuh untuk waktu yang lama di Pasifik selatan dan di Samudera Hindia.
Catatan perjalanan mereka abadikan dan mereka bagikan ke berbagai platform macam website sailingteatime.com atau media sosial seperti Facebook dan Instagram.