TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, tidak akan mencabut sanksi Iran sebelum negara itu berhenti memperkaya uranium.
Syarat ini berlaku juga jika Iran ingin melakukan kesepakatan nuklir baru dengan AS.
Biden ditanya penyiar CBS News Evening News, Norah O'Donnell, soal pencabutan sanksi ekonomi dan perjanjian nuklir baru dengan Iran.
"Tidak," kata Biden dalam cuplikan wawancara yang diposting di Twitter, dikutip dari NyPost.
Ultimatum dari Biden ini terjadi beberapa jam setelah Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menuntut Biden mencabut sanksi.
Baca juga: Pemerintahan Biden akan Hapus Houthi dari Daftar Teroris dan Balikkan Keputusan Trump
Baca juga: Dijual di Amazon, Harga Buku Biografi Donald Trump Tahun 1997 Melonjak Hingga 900 Dolar AS
Sanksi dan tekanan pada Iran itu terjadi pada masa jabatan Presiden Donald Trump.
"Jika (AS) ingin Iran kembali ke komitmennya, ia harus mencabut semua sanksi dalam praktiknya, kemudian kami akan melakukan verifikasi, lalu kami akan kembali ke komitmen kami," kata Khamenei dalam siaran TV pemerintah.
Khamenei menyebut pendiriannya sebagai, "Kebijakan pasti dan tidak dapat diubah dari Republik Islam."
"Dan semua pejabat negara sepakat tentang ini dan tidak ada yang akan menyimpang darinya," jelas Khamenei.
Iran mulai memperkaya uranium ke tingkat senjata dan melanggar kesepakatan nuklir internasional 2015.
Tindakan Iran ini berujung penarikan AS dari kesepakatan oleh Trump pada 2018.
Iran mengklaim program nuklirnya tidak bertujuan untuk mengganggu perdamaian.
Pihaknya mengancam provokasi dalam upaya memaksa Biden melanjutkan perjanjian nuklir.
Dalam cuplikan lain wawancara CBS, yang ditayangkan pada Jumat, Biden berjanji mengubah arah hubungan AS dengan China.