News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ribuan Orang di Myanmar Hadiri Pemakaman Demonstran yang Tewas Ditembak di Kepala

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pria yang terluka dibawa dengan tandu oleh tim medis setelah pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa selama demonstrasi menentang kudeta militer di Mandalay pada 20 Februari 2021.

TRIBUNNEWS.COM, NAYPYITAW — Kerumunan besar warga di ibu kota Myanmar menghadiri pemakaman seorang demonstran perempuan muda, yang menjadi korban meninggal pertama dalam aksi demonstrasi menentang kudeta militer, Minggu (21/2/2021).

Reuters melaporkan Senin (22/2/2021), ribuan warga menghadiri pemakaman Mya Thwate Thwate Khaing, yang menjadi korban tewas pertama dari setidaknya tiga orang yang tewas dalam aksi protes dan pembangkangan sipil di Myanmar.

Dia ditembak di kepala pada 9 Februari lalu, saat berdemonstrasi menentang kudeta militer yang merampas kekuasaan sipil dari Aung San Suu Kyi, di ibukota Naypyitaw.

BBC melaporkan peti jenasahnya yang berwarna hitam dan emas, dibawa melalui jalan-jalan di atas mobil jenazah, dan dikawal oleh ratusan sepeda motor.

Media militer mengatakan peluru yang membunuhnya tidak berasal dari senjata yang digunakan oleh polisi dan karenanya pasti ditembakkan oleh "senjata eksternal".

Militer  mengatakan satu polisi telah meninggal karena luka-luka yang diderita dalam protes tersebut.

Militer merebut kekuasaan setelah dugaan kecurangan dalam pemilu 8 November lalu yang dimemangkan mutlak oleh NLD. Militer juga menahan Suu Kyi dan tokoh sipil lainnya.

Komisi pemilihan umum menolak tudingan kecurangan yang dilontarkan militer.

Seorang pengunjuk rasa (kiri) yang terluka dibawa pergi oleh tim medis setelah dipukuli oleh pasukan keamanan dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Mandalay pada 20 Februari 2021. (STR / AFP)

Mya Thwate Thwate Khaing (20)  meninggal pada Jumat (19/2/2021), ketika dalam perawatan intensif di sebuah rumah sakit di ibukota Naypyitaw, di mana ia telah dirawat selama 10 hari sejak ditembak oleh polisi yaang bersikap represif terhadap demonstran.

Kabar meninggalnya Mya Thwate Thwate Khaing telah membangkitkan kemarahan di seluruh negeri, menambah kemarahan atas penggulingan pemerintahan sipil yang sah oleh militer terhadap Aung San Suu Kyi, tiga bulan setelah partainya memenangkan pemilu kedua.

"Saya merasa sangat sedih mendengar kabarnya. Saya lebih bertekad untuk terus turun ke jalan," kata Nay Lin Htet yang berusia 24 tahun saat berunjuk rasa  di pusat kota Yangon.

"Saya merasa bangga padanya dan saya akan turun ke jalanan sampai kami mencapai tujuan kami untuknya. Saya tidak  peduli terhadap keamanan saya."

Banyak anggota gerakan anti-kudeta yang telah bersatu selama dua minggu di seluruh Myanmar adalah Generasi Z yang sama dengan Mya Thwate Thwate Khaing, seorang pekerja toko kelontong yang masih remaja ketika dia ditembak, dan berusia 20 saat dalam perawatan intensif.

Baca juga: Junta Militer Myanmar Ancam Demonstran akan Kehilangan Nyawa jika Teruskan Aksi Mogok Nasional

Penembakan itu memicu kenangan tentang penindasan berdarah terhadap demonstrasi  setengah abad lalu juga oleh pemerintahan militer yang brutal, di mana ribuan orang tewas dan banyak lagi dijebloskan ke penjara selama bertahun-tahun.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini