"Tindakan pembangkangan (sipil) perlu berlanjut untuk waktu yang lama, kota harus dilumpuhkan sesekali," kata Ayk Mamidzhanyan dari Partai Republik Armenia.'
Baca juga: Warga Armenia Berkemas dan Tinggalkan Nagarno-Karabakh
Baca juga: Menteri Luar Negeri Armenia Mengundurkan Diri setelah Pemerintah Dikecam soal Gencatan Senjata
PM Armenia Tolak untuk Mundur
Meski mendapat tekanan, Pashinyan menolak untuk mundur.
Dia membela kesepakatan damai itu sebagai langkah yang menyakitkan tapi diperlukan untuk mencegah Azerbaijan menguasai wilayah Nagorno-Karabakh.
Dalam konsesi yang jelas kepada para pengunjuk rasa, Pashinyan pada Desember mengangkat prospek pemilihan parlemen awal tahun ini.
Namun, aliansi parlementer My Step Pashinyan tampaknya mundur dari proposal itu awal bulan ini.
Armenia melihat bahwa kehadiran militer Rusia diperluas.
Baca juga: Upaya Percobaan Pembunuhan PM Armenia Digagalkan
Protes Senin (23/2/2021) datang ketika Menteri Pertahanan Armenia Vagharshak Harutyunyan mengatakan bahwa negara itu akan menyambut perluasan pangkalan militer Rusia di wilayahnya.
Dia juga menuturkan bahwa penempatan kembali beberapa pasukan Rusia yang lebih dekat ke perbatasannya dengan Azerbaijan, menyusul konflik tahun lalu.
Di bawah kesepakatan damai, yang dirayakan di Azerbaijan sebagai kemenangan besar, Rusia telah mengerahkan sekira 2.000 penjaga perdamaian ke Nagorno-Karabakh setidaknya selama lima tahun.
Rusia juga memiliki pangkalan militer lengkap yang diawaki oleh sekitar 3.000 tentara di kota Gyumri, Armenia, dekat perbatasan Turki, di bawah pakta pertahanan resmi dengan Armenia.
"Pertanyaan tentang memperluas dan memperkuat pangkalan militer Rusia di wilayah Armenia selalu menjadi agenda," kata Harutyunyan kepada kantor berita Rusia RIA.
"Pihak Armenia selalu tertarik dengan ini," tambahnya.
Namun, Harutyunyan tidak mengatakan apakah ada rencana konkret untuk ekspansi potensial.
Baca juga: Konflik Nagarno-Karabakh, PM Armenia Abaikan Ultimatum Tuntut Pengunduran Dirinya