TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi membahas serentetan serangan roket baru-baru ini terhadap pasukan koalisi AS di negara itu.
Mereka menegaskan, yang terlibat dalam serangan tersebut harus "dimintai pertanggungjawaban sepenuhnya".
Serangan baru yang menargetkan AS di Irak menunjukkan faksi-faksi yang bersekutu dengan Iran.
Mengutip Al Jazeera, hal ini menambah tekanan pada pemerintah Irak.
Para analis mengatakan, Teheran mungkin mencari pengaruh atas pemerintahan baru AS.
Baca juga: Departemen Luar Negeri AS: Biden Bersedia Berbicara dengan Iran Soal Kembali ke Kesepakatan Nuklir
Baca juga: Dirancang untuk Pemindaian Data dengan Volume Tinggi, Epson Rilis Scanner Seri WorkForce
Irak yang hancur oleh perang dan pemberontakan selama beberapa dekade, telah menjadi medan pertempuran strategis bagi musuh bebuyutan Amerika Serikat dan Iran, keduanya sekutu Baghdad yang tetap berselisih tajam mengenai program nuklir Iran.
Analis dan pejabat di Irak mengatakan, dimulainya kembali serangan setelah empat bulan relatif tenang menunjukkan Iran dan sekutunya Irak sekarang meninggalkan de-eskalasi dan mencari pengaruh atas saingan mereka.
"Sepertinya kita kembali ke tahun lalu," kata seorang pejabat senior militer AS di Irak kepada kantor berita AFP.
Pernyataan ini mengacu serangan roket menghujani situs-situs Amerika seminggu sekali atau lebih pada 2020 kemarin.
Pada Senin (22/2/2021), sekira tiga roket ditembakkan ke kedutaan AS di Zona Hijau dengan keamanan tinggi di Ibu Kota Irak.
"(Biden dan al-Kadhimi) membahas serangan roket baru-baru ini terhadap Irak dan personel koalisi dan setuju, mereka yang bertanggung jawab atas serangan tersebut harus dimintai pertanggungjawaban sepenuhnya," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan pada Selasa (23/2/2021).
Baca juga: Roket Kembali Hantam Pangkalan Udara Militer Irak, Satu Orang Terluka
Serangan Roket
Sebagian besar serangan tidak menimbulkan korban, tetapi serangan roket terbaru pada Senin adalah yang ketiga di Irak hanya dalam waktu seminggu.
Serbuan roket ditujukan ke daerah Zona Hijau yang menampung pasukan, diplomat atau kontraktor AS.