Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price pada Senin (22/2/2021) mengatakan, AS menganggap Iran bertanggung jawab atas serangan baru-baru ini.
"Apa yang tidak akan kami lakukan adalah menyerang dan mengambil risiko eskalasi yang terjadi di tangan Iran dan berkontribusi pada upaya mereka untuk lebih mengguncang Irak," kata Price kepada wartawan.
Serangan tersebut biasanya diklaim oleh kelompok bayangan.
Iran mengatakan, pihaknya menentang tindakan apa pun yang merugikan keamanan Irak dan membantah tuduhan bahwa mereka memiliki hubungan dengan kekerasan tersebut.
Roket juga menghantam kompleks militer di Ibu Kota wilayah Kurdi, Erbil pada 15 Februari 2021.
Seorang warga sipil dan kontraktor asing yang bekerja dengan pasukan pimpinan AS dilaporkan meninggal.
"Insiden tersebut terjadi konsisten dengan lusinan serangan tahun lalu, yang biasanya melibatkan roket 107 milimeter yang ditembakkan dari sebuah truk," kata pejabat keamanan.
Baca juga: AS Marah Pangkalan Militernya di Irak Diserang Roket yang Menewaskan Kontraktor Sipil
Baca juga: Serangan Roket Hantam Pangkalan Militer AS di Irak: Seorang Tewas, 5 Lainnya Luka-luka
Gaya Serangan Sama
Tahun ini, kelompok pro-Iran yang biasanya disalahkan atas serangan semacam itu, termasuk Kataib Hezbollah dan Asaib Ahl al-Haq, dengan cepat mengutuk serangan tersebut.
Namun, ada keraguan dari narasumber keamanan terkait klaim tersebut.
"Semua indikasi adalah gaya serangan yang sama," kata pejabat AS itu, yang berbicara tanpa menyebut nama.
"Intelijen yang dibagikan kepada kami mengatakan bahwa masih banyak lagi yang akan datang," tambahnya.
Perdana Menteri Irak telah berjanji untuk menghentikan serangan roket dan berjuang untuk meminta pertanggungjawaban kelompok-kelompok itu, membuat marah Amerika Serikat.
Pada Oktober, AS mengancam akan menutup kedutaan besarnya di Baghdad jika serangan tidak berhenti.