Otoritas juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa telah menemukan 18 mayat yang terpotong-potong di salah satu penjara.
Kantor kejaksaan Ekuador telah memulai penyelidikan atas kerusuhan tersebut.
Kerusuhan Sempat Terjadi Lagi
Polisi menyebut kondisi sudah mulai terkendali pada hari Rabu.
"Berkat tindakan yang dilakukan antara lembaga ini dan Kepolisian Nasional, situasinya terkendali," ujar pihak berwenang dalam sebuah pernyataan.
Tetapi pada malam harinya, Patricio Carrillo, kepala polisi nasional Ekuador, memperingatkan tentang kerusuhan baru di penjara Guayaquil.
Ia mengatakan petugas bersiap untuk masuk lagi 'dengan kekuatan yang diperlukan'.
Sekitar empat jam kemudian, Carrillo menulis di Twitter bahwa 'ketertiban dan keamanan' telah dipulihkan di fasilitas itu.
SNAI telah mengkonfirmasi kerusuhan baru di Twitter, mengatakan bahwa agennya sedang berkoordinasi dengan polisi, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Pernyataan Presiden Lenin Moreno
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Presiden Lenin Moreno mengakui bahwa sistem penjara negara itu kelebihan kuota sekitar 30 persen dan kekurangan dana dan personel yang memadai.
Kerusuhan dimulai setelah pihak berwenang membongkar laboratorium pemrosesan kokain dan menyita 128 ton obat-obatan pada tahun 2020 - rekor untuk negara Andes - kata Moreno.
"Apa yang terjadi kemarin bukan kausal, itu diorganisir dari luar penjara dan diatur secara internal oleh mereka yang membantah kepemimpinan dan perdagangan narkoba di seluruh wilayah nasional," kata Moreno.
Ia juga menambahkan bahwa pihaknya akan mencari bantuan internasional dalam memerangi kejahatan terorganisir di negara itu.
Pada 2019, Moreno mendeklarasikan sistem penjara Ekuador dalam keadaan darurat setelah 24 orang tewas dalam gelombang kekerasan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)