News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ternyata Perang Antara Amerika Serikat dan Iran Telah Diramalkan Teks Kuno Berusia 800 Tahun

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Gigih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambar satelit selebaran ini diambil dan dirilis oleh Maxar Technologies pada 26 Februari 2021 menunjukkan setelah (atas, C) serangan udara AS baru-baru ini terhadap sekelompok kecil bangunan di sebuah penyeberangan tidak resmi di perbatasan Suriah-Irak dekat Alm-Qaim, Irak. Suriah dan Iran pada 26 Februari mengutuk serangan udara AS yang mematikan terhadap milisi yang didukung Iran dengan Damaskus menyebutnya sebagai pertanda buruk dari pemerintahan Biden yang baru dan Teheran mengatakan itu akan semakin mengguncang kawasan itu.

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah teks kuno meramalkan perang antara Amerika Serikat dengan Iran sebelum pandemi Covid-19 berakhir.

Adapun teks kuno itu telah berusia 800 tahun.

Teks berusia ratusan tahun itu mengklaim adanya wabah yang diyakini kemungkinan adalah pandemi Covid-19.

Dikatakan bahwa akan ada konflik global sebelum pandemi ini berakhir, sebagaimana dikutip dari Kompas TV

Perang itu melibatkan Amerika Serikat dengan musuh bebuyutan Arab Saudi, Iran.

Pada ramalan itu, dikatakan pertempuran akan "membawa perselisihan besar dan kegelapan ke dunia."

Dilansir Daily Star, ramalan berdasarkan hal-hal yang ada pada Yalkut Yishau. 

Baca juga: AS Serang Suriah, Targetkan 2 Kelompok Milisi yang Didukung Iran

Baca juga: Presiden Joe Biden Perintahkan Gempur Kelompok Anti-ISIS di Suriah Timur

Gambar satelit selebaran ini diambil dan dirilis oleh Maxar Technologies pada 26 Februari 2021 menunjukkan setelah (tengah) serangan udara AS baru-baru ini terhadap sekelompok kecil bangunan di sebuah penyeberangan tidak resmi di perbatasan Suriah-Irak dekat Alm-Qaim, Irak. Suriah dan Iran pada 26 Februari mengutuk serangan udara AS yang mematikan terhadap milisi yang didukung Iran dengan Damaskus menyebutnya sebagai "pertanda buruk" dari pemerintahan Biden yang baru dan Teheran mengatakan itu akan semakin mengguncang kawasan itu. Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan dua F-15E "Strike Eagles" menjatuhkan tujuh amunisi yang dipandu dengan presisi pada Kamis di fasilitas di Suriah timur yang digunakan oleh milisi yang diyakini berada di balik serentetan serangan roket terhadap pasukan AS di Irak. (Citra satelit © 2021 Maxar Technologies / AFP)

Yalkut Yishau merupakan bagian dari Yalkut Shimoni, yakni kompilasi komentar Yahudi soal Alkitab yang diyakini disusun pada Abad ke-13.

Yalkut Yishayau diterbitkan sebagai buku pada 1939.

Teks itu berbunyi: "Rabbi Yitzchak berkata: 'Pada tahun Mesias akan diturunkan, semua pemimpin bangsa akan saling memprovokasi."

"Raja Persia akan memprovokasi raja Arab, dan raja Arab akan pergi ke Edom untuk menerima nasehat dari mereka."

"Dan Raja Persia akan pergi dan menghancurkan seluruh dunia, dan semua bangsa di dunia akan gemetar, panik, dan jatuh dengan wajah mereka, serta merasakan kontraksi seperti saat melahirkan, dan Israel akan gemetar dan panik, seraya bertanya, 'dimana kita akan pergi?'" tambah ramalan itu.

"Dan (Tuhan) akan berkata pada mereka, 'Anak-anakku, jangan takut, karena semua yang Aku lakukan, Aku lakukan untukmu. Mengapa kalian takut? Jangan takut. Waktunya telah tiba untuk penebusanmu,'" lanjutnya.

Persia merupakan negara Iran modern yang dikenal saat ini.

Biden dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud membahas upaya diplomatik baru untuk mengakhiri perang di Yaman pada Kamis (24/2/2021), (Kolase Tribunnews- Biden dan Raja Salman)

Sedangkan Kerajaan kuno Odom biasanya digunakan untuk merujuk kepada Amerika Serikat atau budaya barat pada umumnya.

Lebih lanjut ramalan itu mengungkapkan bahwa Arab Saudi akan berusaha melibatkan AS dalam konfliknya dengan Iran.

Sebuah blog yang menguraikan teks ini dan ditulis dalam bahasa Ibrani, mengatakan ramalan "menunjukkan bahwa (perang antara Iran dan Arab Saudi) akan terjadi sebelum wabah virus corona akan berakhir."

Iran dan Amerika Serikat sudah lama berselisih, terlebih mengenai potensi kekuatan nuklir yang dimiliki Iran.

Pada Minggu (28/2/2021), Iran tegas menolak undangan untuk mengesahkan kesepakatan nuklir 2015 yang diinisiasi AS dan Eropa.

Dilansir CBS News, pada Kamis (25/2/2021) AS melancarkan serangan udara terhadap milisi yang didukung Iran, menjadi babak baru perseteruan antara dua negara ini. 

Baca juga: Biden: Akan Ada Pengumuman Soal Sanksi untuk Putra Mahkota Arab Saudi

Baca juga: Tindakan Militer AS Pertama di Bawah Perintah Biden Tuai Kritik

Tewas Dibom & Disebut Dapat Picu Perang Dunia 3, Jenazah Qassem Soleimani Dikenali dari Cincin (Instagram Donald Trump dan AFP via Kompas.com)

Sebelumnya, tiga belas bulan yang lalu kedua negara hampir saja berperang.

Itu diawali oleh serangan pesawat tak berawak dari AS yang menewaskan jenderal tinggi dan terkemuka Iran, Qassem Soleimani.

Sebagai balasan, Iran mengirim rudal balistiknya kepada pasukan AS.

Rudal balistik Iran menghujani Pangkalan Udara Al Asad di Irak di mana 2000 tentara AS ditempatkan.

Setiap rudal membawa hulu ledak seberat lebih dari 1.000 pon.

"Banyak darah orang Amerika ada di tangan Qassem Soleimani."

"Kemana dia pergi kekerasan dan kematian mengikuti," kata Jenderal Marinir AS, Frank McKenzie.

Selama pendudukan Amerika di Irak, Soleimani telah mengatur serangan yang menewaskan lebih dari 600 tentara AS dan, menurut McKenzie, dia berencana untuk melakukannya lagi.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani) (Kompas TV/Haryo Jati)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini