News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Krisis Myanmar

Jelang Para Menlu ASEAN Bertemu, Demonstran Anti Kudeta di Myanmar Kembali Gelar Aksi

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pengunjuk rasa berlari selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 1 Maret 2021.

Beberapa dari mereka juga membawa perisai logam, antisipasi terhadap kemungkinan penggunaan gas air mata dan peluru karet oleh polisi.

 Pada hari Minggu, Dawei adalah tempat berdarah, tindakan kekerasan aparat, yang memakan korban lima orang tewas ketika pasukan keamanan menembak ke arah kerumunan besar demonstran.

Pemerintah militer telah mendakwa Suu Kyi dengan beberapa pelanggaran kriminal yang menurut para kritikus itu lebih bermotif politik dan dimaksudkan untuk tetap memenjarakannya.

Jika dinyatakan bersalah atas tuduhan apa pun, Suu Kyi akan dilarang untuk mengambil bagian dalam pemilihan yang dijanjikan junta militer.

Setelah penahanannya pada hari kudeta, Suu Kyi yang berusia 75 tahun, awalnya ditahan di kediamannya di ibukota, Naypyitaw, tetapi anggota partainya sekarang mengatakan mereka tidak tahu di mana dia berada.

Setelah tindakan keras akhir pekan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut penggunaan kekuatan mematikan terhadap demonstran yang menggelar aksi damai dan penangkapan sewenang-wenang "tidak dapat diterima," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.

Para Menteri Luar Negeri ASEAN akan Bertemu untuk Bahas Myanmar

Para Menteri Luar Negeri Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) akan mengadakan pertemuan khusus pada Selasa (2/3/2021) untuk membahas Myanmar.

Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Singapura, seperti dilansir Reuters, Senin (1/3/2021).

Vivian Balakrishnan juga menyerukan pembebasan segera pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi.

"Pertemuan khusus para Menteri Luar Negeri ASEAN akan diselenggarakan melalui konferensi video besok dan di mana kami akan mendengarkan perwakilan otoritas militer Myanmar," kata Vivian Balakrishnan di parlemen pada Senin (1/3/2021).

Dia juga meminta otoritas militer Myanmar untuk berhenti memakai pendekatan  kekerasan yang akan membawa korban jiwa, "dan segara  mengambil langkah menurunkan ketegangan untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah, kekerasan, dan kematian.”

Pada Senin (1/3/2021), para demonstran di Myanmar kembali turun  ke jalan bergerak menentang tindakan kekerasan pasukan keamanan yang menewaskan sedikitnya 18 orang pada hari sebelumnya.

Dia juga mendesak semua pihak di Myanmar untuk terlibat dalam diskusi untuk menemukan solusi politik jangka panjang, termasuk cara untuk kembali ke jalur transisi demokrasi.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini