Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, YANGON— Aparat keamanan Myanmar menembaki massa aksi protes terhadap pemerintahan militer pada Rabu (3/3/2021) dan menewaskan sedikitnya 13 orang. Insiden berdarah ini terjadi sehari setelah negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN menyerukan agar menahan diri dan menawarkan untuk membantu Myanmar menyelesaikan krisis.
Demikian seperti dilansir Reuters, Rabu (3/3/2021) dari laporan saksi dan media setempat.
Sebelumnya dilaporkan sembilan orang tewas dalam insiden penembakan oleh aparat keamanan.
Aparat keamanan menembakkan peluru tajam ke massa demonstrasi di beberapa kota, kata para saksi.
"Ini mengerikan, ini pembantaian. Tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan situasi dan perasaan kami," kata aktivis pemuda Thinzar Shunlei Yi kepada Reuters melalui aplikasi pesan.
“Pasukan keamanan menembakkan peluru tajam di beberapa kota,” kata para saksi, seperti dilansir Reuters, Rabu (3/3/2021).
"Mereka berbaris ke arah kami dan menembakkan gas air mata, berbaris lagi dan menggunakan granat kejut," kata Si Thu Maung, seorang pemimpin aksi protes di kota pusat Myingyan, kepada Reuters.
Baca juga: Polisi dan Tentara Tembaki Demonstran, 6 Orang Tewas dalam Aksi Protes di Myanmar
"Kemudian mereka tidak menyemprot kami dengan meriam air, tidak ada peringatan untuk membubarkan, mereka hanya menembakkan senjata mereka."
Satu remaja laki-laki tewas di Myingyan.
Dua orang tewas di kota terbesar kedua di negara itu Mandalay, seorang saksi dan laporan media melaporkan.
Dan satu orang tewas ketika polisi menembaki demonstran di kota utama Yangon, kata seorang saksi di sana.
Korban keempat ditembak dan dibunuh di kota pusat Myingyan, kata aktivis mahasiswa Moe Myint Hein (25).
"Mereka menembaki kami dengan peluru tajam. Satu tewas, dia masih muda, seorang remaja laki-laki, ditembak di kepala," unjar Moe Myint Hein, yang terluka di kaki, kepada Reuters melalui telepon.
Baca juga: Kronologi Briptu Herlis Gugur dalam Kontak Tembak dengan Kelompok Teroris Poso, Sempat Telepon Ayah
Seorang juru bicara dewan militer yang berkuasa tidak menjawab panggilan telepon untuk menaanggapi insiden berdarah ini.
“Korban terbanyak berada di pusat kota Monywa, di mana lima orang - empat pria dan satu wanita - tewas,” jelas Ko Thit Sar, editor Monywa Gazette.
"Kami telah mengkonfirmasi dengan anggota keluarga dan dokter, lima orang telah tewas," katanya kepada Reuters.
"Setidaknya 30 orang terluka, beberapa masih pingsan," ucapnya.
Di kota utama Yangon, para saksi mengatakan setidaknya tiga orang tewas ketika pasukan keamanan menembaki demonstran dengan senjata otomatis di malam hari.
"Saya mendengar begitu banyak tembakan terus menerus. Saya merunduk di tanah, mereka banyak menembak dan saya melihat dua orang tewas di tempat," kata pengunjuk rasa, Kaung Pyae Sone Tun, 23 tahun, kepada Reuters.
Dia mengatakan beberapa orang terluka dan trauma terbawa suasana.
Baca juga: Polisi dan Tentara Tembaki Demonstran, 6 Orang Tewas dalam Aksi Protes di Myanmar
Dua orang tewas di kota terbesar kedua di negara itu, Mandalay, kata seorang saksi dan laporan media.
Dua orang tewas di kota pertambangan utara Hpakant, seorang penduduk di sana mengatakan, dan satu orang tewas di kota pusat Myingyan.
Setidaknya 35 orang tewas sejak kudeta terjadi 1 Februari lalu.
Tidankan brutal aparat keamanan Myanmar itu terjadi sehari setelah para menteri luar negeri dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara mendesak junta militer untuk menahan diri.
“Pasukan keamanan membubarkan akso protes di Yangon dengan menahan sekitar 300 demonstran,” lapor kantor berita Myanmar Now.
Video yang diposting di media sosial menunjukkan banyak pemuda berbaris, dengan tangan di kepala, menuju truk tentara saat polisi dan tentara berjaga-jaga. Reuters tidak dapat memverifikasi rekaman tersebut.
Demonstran juga turun ke jalanan di Negara Bagian Chin di barat, Negara Bagian Kachin di utara, Negara Bagian Shan, di timur laut, wilayah tengah Sagaing dan selatan, kata media dan penduduk.
"Kami bertujuan untuk menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun di negara ini yang menginginkan kediktatoran," kata Salai Lian, seorang aktivis di Negara Bagian Chin, kepada Reuters.
Monywa Gazette melaporkan lima orang terluka di kota pusat itu ketika pasukan keamanan menembakkan amunisi tajam. Ada laporan penembakan dan korban luka-luka yang masih belum dikonfirmasi jumlahnya di pusat kota lain, Magway.
'LANJUTKAN PERJUANGAN INI'
Gambar seorang wanita berusia 19 tahun, salah satu dari dua korban tewas yang ditembak mati di Mandalay, menunjukkan dia mengenakan kaos bertuliskan "Semuanya akan baik-baik saja".
Polisi di Yangon memerintahkan tiga petugas medis keluar dari ambulans, menembaki kaca depan dan kemudian menendang serta memukuli para pekerja dengan senjata dan tongkat, demikian video yang disiarkan oleh Radio Free Asia yang didanai AS menunjukkan.
Reuters tidak dapat memverifikasi video secara independen.
Aktivis demokrasi Esther Ze Naw mengatakan kepada Reuters bahwa pengorbanan mereka yang meninggal tidak akan sia-sia.
"Kami akan melanjutkan perjuangan ini dan menang. Kami akan mengatasi ini dan menang," tegasnya.
Pada hari Selasa, Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) gagal membuat terobosan dalam pertemuan virtual para menteri luar negeri membahas tentang Myanmar.
Sementara bersatu dalam seruan untuk menahan diri, hanya empat anggota - Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura - menyerukan pembebasan Suu Kyi dan tahanan lainnya.
"Kami menyatakan kesiapan ASEAN untuk membantu Myanmar dengan cara yang positif, damai dan konstruktif," kata ketua ASEAN, Brunei, dalam sebuah pernyataan.
Media pemerintah Myanmar melaporkan menteri luar negeri yang ditunjuk junta militer menghadiri pertemuan ASEAN yang "bertukar pandangan tentang isu-isu regional dan internasional", tetapi tidak menyebutkan fokus pada masalah Myanmar.(Reuters/AFP)