Seperti Angel, lebih dari puluhan demonstran lainnya telah terbunuh oleh tembakan aparat kemanan di bagian kepala, menimbulkan kecurigaan di antara kelompok-kelompok hak asasi manusia bahwa mereka sengaja menjadi sasaran.
Wanita lain, menurut seorang pengamat, ditembak di kepala di Mandalay pada hari Minggu.
Angel tahu dia mempertaruhkan nyawanya
Seorang teman, Kyaw Zin Hein, membagikan salinan pesan terakhir Angel kepadanya di media sosial.
Pesan Angel itu berbunyi: "Ini mungkin terakhir kalinya saya mengatakan ini. Aku sangat menyayangimu. Jangan lupa".
Di Facebook, dia telah memposting rincian medisnya dan permintaan untuk menyumbangkan tubuhnya jika dia terbunuh. Pesan kesedihan dan pujian membanjiri halaman Facebooknya pada hari Rabu.
"Dia adalah seorang gadis yang bahagia, dia mencintai keluarganya dan ayahnya sangat mencintainya juga," kata Myat Thu.
Kemudian Myat Thu menuliskan, "Kita tidak dalam perang. Tidak ada alasan untuk menggunakan peluru tajam yang mengarah kepada orang- orang. Jika mereka adalah manusia, mereka tidak akan melakukannya."
Sebelumnya Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Myanmar, Christine Schraner Burgener melaporkan setidaknya 38 orang tewas di Myanmar Rabu (3/3/2021) ketika aparat keamanan menemnaki para demonstran untuk membubarkan massa aksi protes terhadap pemerintahan militer pada Rabu (3/3/2021).
Dia menyebut setidaknya 50 orang sudah tewas dan masih banyak warga sipil menjadi korban luka-luka sejak kudeta yang menggulingkan pemerintahan yang terpilih secara demokratis di bawah Aung San Suu Kyi.
Kudeta militer dan penahanan Aung San Kyi terjadi 1 Februari yang menyulut aksi protes warga di Myanmar dan kecaman dari dunia.
Pasukan keamanan Myanmar menembaki demonstran aksi protes menentang pemerintahan militer pada hari Rabu, sehari setelah negara-negara tetangga di Asia Tenggara menyerukan untuk menagan diri dan menawarkan diri membantu Myanmar menyelesaikan krisis.
Sebelumnya dibertiakan aparat keamanan Myanmar menembaki massa aksi protes terhadap pemerintahan militer pada Rabu (3/3/2021) dan menewaskan sedikitnya 13 orang.
Insiden berdarah ini terjadi sehari setelah negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN menyerukan agar menahan diri dan menawarkan untuk membantu Myanmar menyelesaikan krisis.