TRIBUNNEWS.COM, YANGON — Junta Militer Myanmar menyesalkan atas tewasnya 164 demonstran selama demonstrasi anti kudeta di berbagai wilayah negara itu.
Hal itu disampaikan Juru bicara Junta militer Myanmar, Zaw Min Tun mengatakan dalam konferensi pers, seperti dilansir Reuters, Rabu (24/3/2021).
“Menyesalkan atas tewasnya mereka karena mereka juga warga negara kami," ucapnya.
Dia juga mengatakan sembilan anggota aparat keamanan telah tewas.
Namun Junta militer menuduh demonstran anti-kudeta melakukan perusakan properti yang meluas dan mengobarkan kerusuhan.
Dia mengatakan pemogokan dan rumah sakit yang tidak beroperasi sepenuhnya telah menyebabkan kematian, termasuk akibat Covid-19.
“(Aksi mogok kerja) mereka itu tidak pantas dan tidak etis," tegasnya.
Bocah 7 Tahun Ditembak Mati di Rumahnya
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun ditembak mati aparat keamanan Myanmar di kota Mandalay pada Selasa (23/3/2021).
Seperti dilansir Reuters, Rabu (24/3/2021), saksi mata mengatakan bocah itu ditembak di dalam rumahnya ketika aparat keamanan menembak secara brtual di pinggiran kota.
Petugas pemakaman Mandalay mengatakan kepada Reuters, anak itu tewas karena luka tembak.
Bocah itu menjadi korban termuda sejauh ini dalam tindakan kekerasan yang dilakukan aparat keamananan junta militer.
Anggota keluarga menjelaskan militer awalnya menembak ayahnya, tetapi juga memukul gadis yang duduk di pangkuannya di dalam rumah mereka. Demikian pengakuan anggota keluarga kepada kantyor media Myanmar Now.
“Dua orang juga tewas di distrik itu,” katanya.