News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

POPULER Internasional: Penembakan Brutal di Colorado AS - Hasil Uji Coba Terbaru Vaksin AstraZeneca

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

POPULER Internasional: Penembakan Brutal di Colorado AS - Hasil Uji Coba Terbaru Vaksin AstraZeneca

TRIBUNNEWS.COM - Inilah rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir.

Seorang pria bersenjata menembak mati 10 orang, termasuk seorang petugas polisi, di sebuah supermarket di Colorado pada Senin (22/3/2021) waktu setempat.

Pangeran Harry dan Meghan Markle mengklarifikasi pra-pernikahan mereka yang digelar 3 hari sebelum pernikahan resmi kerajaan.

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) mengumumkan sanksi terhadap dua pejabat China karena "pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) serius terhadap Muslim Uighur".

Mengenai vaksin, uji coba terbaru menunjukkan suntikan vaksin Oxford / AstraZeneca menawarkan perlindungan 100% terhadap kasus Covid-19 yang parah.

1. Penembakan Brutal di Supermarket Colorado, 10 Orang Tewas Termasuk Polisi

Ilustrasi penembakan (NET)

Seorang pria bersenjata menembak mati 10 orang, termasuk seorang petugas polisi, di sebuah supermarket di Colorado pada Senin (22/3/2021) waktu setempat.

Kepala polisi Boulder Maris Herold mengumumkan korban tewas pada konferensi berita Senin malam.

Ia juga mengatakan seorang tersangka sudah ditangkap dalam keadaan luka-luka.

Tersangka mendapatkan perawatan medis.

Baca juga: Joe Biden Perintahkan Pengibaran Bendera Setengah Tiang Buntut Penembakan Massal di Atlanta

Petugas mengawal seorang pria bertelanjang dada dengan darah mengalir dari tubuhnya, keluar dari toko dengan tangan diborgol, tetapi pihak berwenang tidak mengatakan jika itu tersangka.

"Perwira yang tewas adalah Eric Talley, 51, yang telah bertugas sebagai polisi Boulder sejak 2010," kata Herold.

Komandan polisi Boulder Kerry Yamaguchi mengatakan polisi masih menyelidiki kasus ini, sehingga masih belum bisa menjelaskan motif dari penembakan brutal tersebut.

Baca juga: Penembakan Brutal di Atlanta Tewaskan 4 Warga Keturunan Asia, WNI Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Seorang pria yang baru saja meninggalkan toko di Boulder, Dean Schiller, mengatakan kepada Associated Press (AP),  dia mendengar suara tembakan dan melihat tiga orang terbaring tertelungkup, dua di tempat parkir dan satu di dekat pintu.

Dia bilang dia "tidak bisa mengatakan apakah mereka masih bernapas".

Video yang diposting di YouTube menunjukkan satu orang di lantai di dalam toko King Soopers dan dua lagi di luar di tanah.

BACA SELENGKAPNYA >>>

2. Pangeran Harry dan Meghan Klarifikasi Pernikahan yang Digelar 3 Hari sebelum Pernikahan Kerajaan

Pangeran Harry dan Meghan Markle melalui juru bicaranya mengatakan kepada The Daily Beast bahwa pernikahan mereka yang digelar diam-diam pada tiga hari sebelum pernikahan kerajaan tidaklah sah secara hukum.

"Harry dan Meghan bertukar janji suci beberapa hari sebelum pernikahan resmi kerajaan mereka pada 19 Mei 2018," kata perwakilan pasangan itu kepada koresponden kerajaan The Daily Beast, Tom Sykes.

Meghan Markle menceritakan pernikahan rahasia itu ketika ia dan Harry duduk bersama Oprah Winfrey dalam wawancara yang ditayangkan di AS pada 7 Maret lalu.

Baca juga: Mengaku Bukan Penggemar, Donald Trump Dukung Meghan Markle Calonkan Diri sebagai Presiden AS 2024

Baca juga: Ratu Elizabeth Kembali Bekerja setelah Keluarkan Pernyataan soal Wawancara Meghan dan Harry

Pangeran Harry dan Meghan Markle dalam Oprah With Meghan dan Harry: A CBS Primetime Special (CBS)

Pada saat itu, Meghan memang berkata ia dan Harry menikah beberapa hari sebelumnya.

Namun, Meghan tidak pernah mengatakan upacara pernikahan itu legal.

"Tiga hari sebelum pernikahan kami, kami menikah," kata Markle pada Winfrey.

"Tidak ada yang tahu itu, tapi kami memanggil uskup agung dan kami hanya berkata, 'Hal ini, tontonan ini untuk dunia, tapi kami ingin persatuan kami hanya di antara kami.'"

"Jadi sumpah yang telah kami buat hanyalah kita berdua di halaman belakang dengan Uskup Agung Canterbury," lanjutnya.

BACA SELENGKAPNYA >>>

3. AS dan Sekutunya Umumkan Sanksi untuk Pejabat China atas Pelanggaran HAM Serius terhadap Uighur

Amerika Serikat (AS) mengumumkan sanksi terhadap dua pejabat China karena "pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) serius terhadap Muslim Uighur".

Langkah ini dikoordinasikan dengan sekutu AS, termasuk Uni Eropa (UE), Kanada, dan Inggris.

Dilansir dari CNN, pengumuman ini merupakan bagian dari unjuk persatuan AS dan sekutu internasionalnya.

Semua satu suara mengecam penindasan Beijing terhadap Muslim Uighur dan etnis minoritas lainnya di Provinsi Xinjiang.

Baca juga: Washington Tuduh Genosida di Xinjiang, China Sebut Pemerintah Amerika Munafik

Baca juga: Cina Akan Ubah Kebijakan di Xinjiang, Tapi Tak Mencakup Soal Tindakan Keras

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berpidato di depan media setelah pembicaraan tertutup pagi hari antara Amerika Serikat dan China setelah pertemuan dua hari mereka di Anchorage, Alaska pada 19 Maret 2021.

Dalam serangkaian pernyataan yang diatur dnegan hati-hati, AS dan sekutunya di Eropa, Amerika Utara dan Asia Pasifik mengumumkan sanksi dan mengeluarkan kecaman, yang tampaknya dimaksudkan untuk mengisolasi dan menekan Beijing.

"Buktinya, termasuk dari dokumen Pemerintah China sendiri, citra satelit, dan kesaksian saksi mata sangat banyak," kata pernyataan bersama itu.

"Program penindasan China yang ekstensif mencakup pembatasan yang ketat pada kebebasan beragama, penggunaan kerja paksa, penahanan massal di kamp-kamp interniran, sterilisasi paksa, dan penghancuran bersama atas warisan Uighur," tambah pernyataan itu.

"Kelima negara telah mengambil tindakan bersama UE," kata pernyataan itu.

Baca juga: AS Curiga China Lakukan Genosida Terhadap Muslim Uighur di Xinjiang

Baca juga: Masyarakat Internasional Soroti Genosida Uighur, DPR RI: China Harus Ditekan

Masa umat islam dari berbagai ormas melakukan unjuk rasa Bela Uighur di depan Kedutaan Besar Republik Rakyat China di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (27/12/2019). Aksi tersebut merespons isu dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia oleh pemerintah China terhadap muslim Uighur. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Genosida

Blinken menggambarkan kampanye China melawan Uighur sebagai genosida.

BACA SELENGKAPNYA >>>

4. Hasil Uji Coba Terbaru: Vaksin Covid-19 AstraZeneca 100% Efektif Cegah Terjadinya Penyakit Serius

Suntikan vaksin Oxford / AstraZeneca menawarkan perlindungan 100% terhadap kasus Covid-19 yang parah, menurut uji coba baru yang dilansir Mirror.

Vaksin ini juga 79% efektif dalam mencegah datangnya virus.

Hasil tersebut didapat dari data baru uji coba yang dipimpin Amerika Serikat yang melibatkan lebih dari 32.000 peserta di sana serta di Chili dan Peru.

Amerika diharapkan menyetujui vaksin dalam beberapa minggu karena Uni Eropa mengancam untuk memblokir dosis yang diekspor ke Inggris.

Temuan menunjukkan vaksin Oxford / AstraZeneca sama aman dan efektif pada kelompok yang lebih tua dan tidak ada risiko terjadinya penggumpalan darah.

Baca juga: Wamenag Minta Masyarakat Tidak Ragu Gunakan Vaksin AstraZeneca

Baca juga: Polemik Vaksin AstraZeneca, Satgas Covid-19: Dalam Penggunaan Vaksin, Aspek Manfaat Harus Dinilai

Seorang pekerja medis menyusun dosis vaksin Oxford / AstraZeneca untuk melawan penyakit virus corona, yang dipasarkan dengan nama Covishield dan diproduksi di India, dalam jarum suntik selama vaksinasi para imam di Kiev pada 16 Maret 2021. (Sergei SUPINSKY / AFP)

Vaksin AstraZeneca telah menjadi subyek kontroversi di Eropa atas kekhawatiran tentang kaitannya dengan pembekuan darah, meski kemudian dinyatakan aman oleh regulator di Inggris dan Uni Eropa.

Hasil penelitian terbaru tersebu menunjukkan bahwa di antara orang yang berusia 65 ke atas, ada perlindungan 80% terhadap pengembangan Covid-19.

Sebanyak 141 kasus gejala Covid-19 dilaporkan dalam uji coba baru.

Tingkat efektivitas terhadap kasus bergejala bahkan lebih tinggi daripada yang diamati dalam uji klinis yang dipimpin Oxford.

Badan pemantauan keamanan data independen (DSMB) juga mengidentifikasi tidak ada masalah keamanan yang berkaitan dengan vaksin.

BACA SELENGKAPNYA >>>

(Tribunnews.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini