Namun, Jizan adalah rumah bagi kilang baru dan fasilitas pelabuhan untuk raksasa energi Aramco.
Baca juga: Koalisi yang Dipimpin Saudi Sebut 2 Rudal Balistik Houthi Serang Daerah Perbatasan di Selatan Arab
Kilang tersebut, dengan kapasitas 400.000 barel per hari, mengirimkan pengiriman pertamanya ke luar negeri tahun lalu.
Saudi Press Agency melaporkan, Kementerian Pertahanan Arab Saudi mengatakan pihaknya berencana untuk mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi fasilitas ekspor minyak setelah serangkaian serangan.
Koalisi yang dipimpin Saudi memasuki perang Yaman pada 25 Maret 2015, menjanjikan bahwa serangan, yang merupakan gagasan Putra Mahkota Mohammed bin Salman akan berakhir dalam waktu singkat.
Enam tahun kemudian, pertempuran berlanjut.
Menurut Proyek Lokasi Konflik Bersenjata dan Data Peristiwa, perang telah menewaskan sekitar 130.000 orang, termasuk setidaknya 13.000 warga sipil tewas dalam serangan yang ditargetkan.
Puluhan ribu anak meninggal karena kelaparan dan penyakit.
Baca juga: AS Serukan agar Militan Houthi Yaman Berhenti Menyerang dan Memulai Negosiasi
Perang juga telah berubah menjadi konflik regional.
Saudi menggunakan persenjataan buatan Amerika Serikat dalam serangan udara yang dikritik secara internasional yang menewaskan warga sipil.
Sedangkan Iran dikaitkan dengan senjata yang digunakan oleh Houthi untuk menargetkan kerajaan.
Bulan lalu, pemerintahan Biden mengakhiri dukungan AS terhadap perang Saudi di Yaman dan juga menangguhkan penjualan senjata.
Baca juga: Houthi Kembali Tembakkan Rudal dan Drone ke Fasilitas Minyak Saudi Aramco
Proposal Gencatan Senjata
Pada Senin (22/3/2021), Arab Saudi menawarkan proposal gencatan senjata baru kepada Houthi.
Itu membuat dua konsesi kepada Houthi dalam rencana tersebut sementara tidak menawarkan semua yang diinginkan pemberontak sebelumnya.