TRIBUNNEWS.COM - Terblokirnya Terusan Suez akibat kapal kontainer besar Ever Given telah menjadi krisis perkapalan di seluruh dunia.
Namun ternyata, krisis itu bukanlah yang pertama kali terjadi.
Bahkan ada peristiwa besar lain yang membuat kanal terhenti di masa lalu.
Sebelum akhirnya dibebaskan pada Senin (29/3/2021), kapal Ever Given berbendera Panama telah tersangkut selama 6 hari di kanal, menyebabkan kemacetan besar-besaran di salah satu rute pelayaran paling vital di dunia.
Kapal dengan lebar sekitar 60 meter dan panjang 400 meter itu dengan mudah menutupi lebar kanal tersebut.
Baca juga: Terusan Suez: Kapal Ever Given Akhirnya Bergeser setelah 6 Hari Memblokir Perairan
Baca juga: Update Ever Given Tersangkut di Terusan Suez: Posisi Kapal Hampir Normal Sebabkan Harga Minyak Turun
Terusan Suez adalah jalur air Mesir yang menghubungkan Eropa dan Asia, yang memfasilitasi sekitar 12% dari semua perdagangan global.
Pakar pasokan bahan pokok memprediksi para pembeli akan melihat kekurangan barang di toko karena kapal telah tersangkut di tempat selama berhari-hari, sehingga menghalangi ratusan kapal lain untuk melanjutkan perjalanan mereka.
"Pada dasarnya apa pun yang Anda lihat di toko-toko, seperti kopi dan kertas toilet akan berkurang," kata Lars Jensen, seorang ahli pengiriman kontainer independen yang berbasis di Denmark, kepada NBC News.
Krisis itu menelan biaya $ 400 juta per jam untuk barang-barang yang tertunda, Lloyd's List memperkirakan.
Dilansir INSIDER, Terusan Suez pernah mengalami penyumbatan yang lebih buruk, beberapa di antaranya pernah berlangsung selama bertahun-tahun.
Menurut Otoritas Terusan Suez, yang memelihara dan mengoperasikan jalur air, Terusan Suez telah ditutup lima kali sejak dibuka untuk navigasi pada tahun 1869.
Pertama kali ditutup pada tahun 1956 setelah invasi Inggris-Prancis-Israel
Pada 26 Juli 1956, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser mengumumkan nasionalisasi Terusan Suez, sebuah keputusan yang mendapat reaksi keras dari Inggris dan Prancis.
Saat ini, ada ketegangan antara ketiga negara, menurut halaman sejarah yang dipublikasikan di situs Departemen Luar Negeri.