Sebelumnya, dia memberikan nada menantang, bersikeras dia akan terus menentang ancaman pemerintah yang memerintahkan dia untuk tinggal di rumah dan menahan diri dari pernyataan publik.
“Saya tidak ingin bergerak, tapi tentu saja saya tidak akan menuruti ketika mereka berkata: 'Kamu tidak bisa keluar, kamu tidak bisa tweet, kamu tidak bisa berkomunikasi dengan orang, kamu 'hanya diizinkan untuk melihat keluarga Anda, ”kata pria berusia 41 tahun itu lewat rekaman audio yang diposting di Twitter Minggu malam.
Rekaman Hamzah adalah bagian dari intrik istana yang meletus pada akhir pekan di Yordania, yang kerajaan ini dipandang barat sebagai sekutu stabil di wilayah yang bergejolak.
Pemerintah AS dan Arab dengan cepat memihak Raja Abdullah setelah penangkapan pada Sabtu, cerminan dari kepentingan strategis Yordania.
Hamzah, yang dicopot Raja Abdullah II dari gelar putra mahkota pada 2004, menuduh kepemimpinan Yordania melakukan korupsi, nepotisme, dan pemerintahan otoriter.
Dalam sebuah video yang dia kirimkan ke BBC pada Sabtu, dia mengecam "ketidakmampuan yang telah lazim dalam struktur pemerintahan kita selama 15 sampai 20 tahun terakhir dan semakin parah".
"Tidak ada yang bisa berbicara atau mengungkapkan pendapat tentang apa pun tanpa ditindas, ditangkap, dilecehkan dan diancam," katanya.
Kepentingan Strategis Yordania
Kepala staf militer Yordania, Jenderal Yousef Huneiti, mengatakan pada Senin, angkatan bersenjata dan badan keamanan negara "memiliki kekuatan dan pengalaman" menangani setiap perkembangan yang mungkin terjadi secara internal atau di wilayah tersebut.
Dia membuat komentarnya saat mengambil bagian dalam Shield of the Nation, latihan yang mencakup beberapa brigade, pasukan khusus, penjaga perbatasan dan Angkatan Udara Kerajaan di wilayah timur kerajaan.
Informasi dirilis kantor berita negara, Petra. Huneiti mengatakan pasukan akan menghadapi siapa saja yang "mencoba membahayakan keamanan negara, menakuti warganya dan mengancam keamanan dan stabilitas kerajaan".
Kritik Pangeran Hamzah yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kelas penguasa - tanpa menyebut nama rajanya - dapat memberikan dukungan untuk meningkatnya keluhan tentang pemerintahan yang buruk dan pelanggaran hak asasi manusia di Yordania.
Abdullah dan Hamzah adalah putra Raja Hussein, yang tetap menjadi sosok yang dicintai dua dekade setelah kematiannya.
Saat naik takhta pada 1999, Abdullah menunjuk Hamzah sebagai putra mahkota. Tapi mencabut gelar itu lima tahun kemudian.
Hassan, pamannya, juga pernah menjadi putra mahkota tetapi disingkirkan tak lama sebelum kematian Hussein.
Sementara Abdullah dan Hamzah dikatakan memiliki hubungan baik secara umum.
Hamzah baru-baru ini menjalin hubungan dengan para pemimpin suku kuat di Yordania, dalam sebuah tindakan yang dipandang sebagai ancaman bagi raja.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)