News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Krisis Myanmar

Merahkan Kota Yangon, Demonstran: Darah Mereka yang Terbunuh Belum Mengering

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto yang diambil dan diterima dari sumber anonim melalui Facebook pada 29 Maret 2021 ini menunjukkan pengunjuk rasa ikut serta dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Monywa, wilayah Sagaing.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, YANGON -- Demonstran Myanmar menyemprotkan cat merah di jalan-jalan di Yangon pada Selasa (6/4/2021).

Reuters melaporkan, Rabu (7/4/2021), aksi demonstran ini untuk mengingatkan junta militer bahwa ia di tangan mereka penuh darah ketika krisis yang diciptakan oleh kudeta militer di negara Asia Tenggara itu berlarut-larut tanpa ada akhir yang terlihat.

Sementara itu beberapa kelompok menyerukan pemboikotan Festival Air Thingyan minggu depan, yang menandai tahun baru Buddha.

Selebaran yang menyerukan larangan itu, dan dibagikan di Yangon, mengatakan itu akan menjadi tanda kasih sayang bagi keluarga mereka yang terbunuh.

Baca juga: Pemimpin ASEAN Akan Bertemu di Jakarta Bahas Krisis Myanmar

Sekitar 570 orang telah tewas selama dua bulan kerusuhan sejak kudeta 1 Februari, dan pasukan keamanan telah menangkap hampir 3.500 orang, dengan sekitar empat perlima dari mereka masih dalam penahanan, kata kelompok advokasi Association for Political Prisoners (AAPP) pada Selasa.

Demonstran terbangun lebih awal di Yangon, kota terbesar di Myanmar, untuk menyemprot dan memercikkan trotoar, jalan, dan halte-halte bus dengan cat merah sebagai protes atas tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan yang telah menyebabkan kemarahan internasional selama berminggu-minggu.

Baca juga: KNU Sebut Militer Myanmar Telah Lakukan Pemboman dan Serangan Udara, Sebabkan 12.000 Orang Mengungsi

"Darahnya belum mengering," kata salah satu pesan berwarna merah.

"Jangan membunuh orang hanya untuk gaji kecil serendah biaya makanan anjing," kata pesan di halte bus.

Pesan-pesan itu kemudian menuduh pemimpin Junta militer, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, mencuri dari rakyat.

Kemarahan rayat telah terjadi di Myanmar dalam dua bulan terakhir atas kembalinya pemerintah militer.

Baca juga: Dewan Keamanan PBB Diminta Segera Bertindak Hindari Pertumpahan Darah di Myanmar

Beberapa pengunjuk rasa menyebut gerakan mereka sebagai "revolusi musim semi", yang ditandai dengan pawai jalanan, tindakan unik pemberontakan tanpa kekerasan dan kampanye pembangkangan sipil yang bertujuan melumpuhkan aparat pemerintah.

Protes lain yang dijadwalkan pada hari Rabu telah menyerukan pembakaran barang-barang buatan China. Banyak demonstran yang menentang China karena dipandang mendukung junta militer.

Pemadaman internet

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini