News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Pejabat Tinggi Beijing Akui Vaksin Covid-19 Buatan China Punya Efektivitas Rendah

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto diambil pada tanggal 29 April 2020 ini. seorang ilmuwan melihat sel-sel ginjal monyet saat melakukan tes pada vaksin eksperimental untuk virus corona COVID-19 di dalam laboratorium Cells Culture Room di fasilitas Sinovac Biotech di Beijing. Sinovac Biotech, yang melakukan salah satu dari empat uji klinis yang telah disetujui di China, telah mengklaim kemajuan besar dalam penelitiannya dan hasil yang menjanjikan di antara monyet.

Beijing hingga kini belum menyetujui vaksin asing untuk digunakan di China.

Gao tidak memberikan rincian kemungkinan perubahan dalam strategi vaksinasi, tetapi menyebutkan mRNA, yakni teknik eksperimental yang digunakan untuk mengembangkan Pfizer serta vaksin buatan negara Barat lainnya.

Di sisi lain, pembuat obat China mengandalkan teknologi tradisional.

"Setiap orang harus mempertimbangkan manfaat vaksin mRNA bagi umat manusia," kata Gao.

"Kita harus mengikutinya dengan hati-hati dan tidak mengabaikannya hanya karena kita sudah memiliki beberapa jenis vaksin."

Padahal Dulu Tak Yakin dengan mRNA

Gao sebelumnya mempertanyakan keamanan vaksin mRNA yang dikembangkan di negara Barat.

Menurut laporan Xinhua, pada Desember lalu dia mengatakan tidak bisa mengesampingkan efek negatif mRNA karena pertama kalinya digunakan.

Media pemerintah China serta blog kesehatan dan sains juga mempertanyakan keamanan dan efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech, yang menggunakan mRNA.

Diketahui vaksin mRNA tidak memasukkan virus yang dimatikan sebagaimana vaksin biasanya, melainkan menggunakan komponen genetik yang direkayasa menyerupai virus tertentu.

Baca juga: Agar Efektif Cegah Corona, Memakai Masker Dobel, Perhatikan Cara Pasang dan Bahan, Ini Kata Dokter

Baca juga: Lebih dari Setahun sejak Pandemi, Korea Utara Mengklaim Negaranya Masih Bebas Virus Corona

Pada 2 April lalu, sekitar 34 juta warga China telah menerima dua dosis vaksin sementara sekitar 65 juta lainnya masih satu dosis.

Para ahli mengatakan mencampurkan vaksin atau vaksinasi berurutan, dapat meningkatkan tingkat keefektifan.

Bahkan dunia saat ini sedang mencoba mencampurkan dua vaksin berbeda atau memberi vaksin lebih setelah jangka waktu yang cukup lama.

Para peneliti di Inggris sedang mempelajari kemungkinan kombinasi vaksin Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca.

Gao sempat menyangkal laporan media bahwa vaksin Covid-19 China memiliki tingkat perlindungan yang rendah, mengatakan kepada Global Times bahwa itu adalah "kesalahpahaman yang lengkap."

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Berita lain terkait Virus Corona

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini